Merkel dalam kunjungan pada Minggu (10/10), bertemu dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dan dijadwalkan untuk mengunjungi tugu peringatan Yad Vashem, yang menandai terbunuhnya enam juta orang Yahudi di tangan Nazi selama Perang Dunia Kedua.
Insiden itu terjadi pada saat ketegangan akut antara kedua negara, dimana Ukraina mengatakan pihaknya khawatir akan kemungkinan invasi Rusia dan Moskow menyangkal memiliki rencana semacam itu.
Neo-Nazi sedang meningkat, klan oligarki tersebar luas, dan menyebut Ukraina sebagai koloni Amerika Serikat (AS) dengan rezim boneka.
Kedutaan Besar Jerman di Afrika Selatan mengecam klaim Rusia, yang menyebut invasi ke Ukraina dalam rangka memerangi kelompok Nazi yang mulai mengental di negara tersebut.
Komandan militer Rusia yang saat ini menjadi tawanan perang di Ukraina, Letnan Kolonel Astakhov Dmitry Mikhailovich, mengaku dipaksa mempercayai bahwa Ukraina telah dikuasai oleh kelompok nasionalis dan Nazi.
Rusia menyebut tindakannya sebagai operasi militer khusus untuk "mendenazifikasi" negara itu dan telah meminta bantuan militer dan ekonomi dari Beijing, menurut pejabat AS.
Upaya Rusia menggunakan isu mencegah tumbuhnya paham nazisme adalah alasan yang dibuat-buat.
Para pemimpin agama Kristen dan Islam Ukraina menegaskan Pemerintah Rusia gunakan kebohongan untuk invasi Ukraina
"Dia (Zelensky) mengajukan argumen: Nazisme macam apa yang bisa mereka miliki jika dia seorang Yahudi. Saya mungkin salah, tetapi Hitler juga memiliki darah Yahudi,"
Dani Dayan, ketua Yad Vashem, peringatan Israel untuk enam juta orang Yahudi yang tewas dalam Holocaust, mengatakan pernyataan Lavrov adalah "penghinaan dan pukulan telak bagi para korban Nazisme yang sebenarnya".