Nasir menuturkan, saat ini publikasi ilmiah bersertifikasi internasional yang dimiliki Indonesia berjumlah 16.528. Perolehan tersebut tidak terpaut jauh dari Malaysia
Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah perusahaan startup yang dikelola Kemristekdikti, dan kinerja publikasi ilmiah internasional Indonesia.
Pasalnya, secara matematis Indonesia memiliki potensi publikasi yang melimpah bila melihat jumlah guru besar dan lektor kepala di perguruan tinggi.
Biro Humas MPR menggelar media expert meeting untuk mendapatkan masukan dari kalangan awak media bagi evaluasi pemberitaan publikasi kegiatan MPR.
Nasir mengakui saat ini publikasi internasional Indonesia secara kualitas masih rendah, dibuktikan dengan banyaknya publikasi masuk di kategori Q3 dan Q4 dalam perangkingan internasional.
Kegiatan yang digelar di Benoa, Bali, itu diselenggarakan untuk mengevaluasi kinerja publikasi dan diseminasi informas yang telah dilakukan oleh Biro Humas Setjen MPR selama satu tahun.
Namun dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan pada Selasa (22/1) kemarin, manfaat aspirin lebih sedikit ketimbang risikonya yakni pendarahan.
Jumlahnya, menurut keterangan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mencapai 30.924 publikasi internasional. Sementara Malaysia sudah mengumpulkan 31.968 publikasi.
Pria terkaya dunia itu pun menanggapinya dengan mempublikasikan serangkaian surat electronik dari para pentinggi perusahaan induk Enquirer, American Media Inc (AMI).
"Bahkan ada berita dan video tahun 2014 yang direreproduksi dan dipublikasikan sekarang, seakan peristiwa terkini," jelas Robikin.