Senin, 13/05/2024 03:33 WIB

Kunci SDM Unggul Sangat Ditentukan Konsumsi Protein Hewani

Protein hewani jauh lebih mudah diserap dan tidak memiliki limiting, komponen amino esensialnya jauh lebih lengkap, dan lebih kaya. Selain itu, kandungan zat besinya juga sangat tinggi.

Webinar Pangan Hewani pada Rabu 25 Agustus 2021. (Foto: Screnshot/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (Kementan), Nasrullah menekankan, untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul sangat ditentukan oleh pangan, salah satunya adalah protein hewani.

"Untuk kecerdasan anak dan kercerdasan Indonesia protein menjadi hal yang sangat penting dan medasar," ujar Nasrullah saat memberikan sambutan dalam acara talkshow, "Pangan Hewani yang Aman dan Sehat untuk Indonesia Tangguh dan Tumbuh", Rabu (25/8).

Meski demikian, konsumsi protein hewani Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya. "Indonesia masih pada angka 2,2 kg per kapita/tahun, Filipina sudah 3,3 kg, Malaysia 5,4 kg, malah Vietnam sudah sampai 8,3 kg per kapita/tahun," terang Nasrullah.

Karena itu, Nasrullah mengajak semua pemangku kepentingan untuk ikut memppromosikan tentang pentingnya peningkatan kualitas SDM melalui konsumi protein hewani, yang berasal dari daging sapi/kerbau, susu, telur dan daging ayam.

"Kita juga harus memastikan bahwa pangan hewani yang dikonsumsi masyarakat itu memenuhi kategori aman, sehat, utuh dan halal (Asuh), maka tentunya pemeritah harus melakukn langkah penjaminan pangan mulai dari pemeliharaan (budidaya, Red) sampai di meja makan," ujarnya.

Saat ini pemerintah telah menetapkan dan memberikan sertifikat kepada pelaku usaha dalam bentuk kontrol veteriner dimana didalamnya telah dilakukan pengujian dan pengawasan untuk meastikan pangan asal hewan yang diproduksi benar-benar Asuh.

Semantara itu, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Syamsul Ma`arif mengatakan, dalam rangka memenuhi kebutuhan protein nasional yang masih tertinggal tersebut, pihaknya melakukan impor daging sapi/kerbau dalam bentuk daging maupun dalam bentuk hewan hidup.

"Daging sapi dan krlerbau karena kita ada kekurang dari kebutuhan yang kita miliki peran pemerintah adalah ditutupi dengan impor. Kalau yang lain, seperti terlur dan ayam kita surplus," ujarnya.

Seperti diketahui, pemerintah baru bisa memenuhi kebutuhan daging sapi/kerbau nasional sekitar 240 ribu ton dari total kebutuhan nasional sebesar 680 ribu ton.

"Berarti ada kekurang 260 ribu ton. Nah, kekurang inilah kita impor dalam bentuk daging dan dalam bentuk dalam bentuk hewan hidup. Itulah yang kita lakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan protein kita," ujarnya.

Ketua Pusat Studi Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ahmad Syafiq menjelaskan, berbicara sumber protein, maka tidak lepas dari dua aspek yaitu kualitas dan kuantitas.

"Sumber pangan nabati itu kelihatannya sama kandungan proteinnya tetapi kalau kita pelajari lebih dalam kualitas protein itu sangat penting dalam menentukan apakah protein itu bisa menjalankan fungsinya sebagai protein antara lain sebagai zat pembangun," ujarnya.

Syafiq mengatakan, protein hewani memiliki susunan asam amino esensial. Asam esensial ini komponen yang menyusun protein dan disebutkan dari 21 asam amino, ada 9 asam amimo esensial yang tidak bisa diproduksi sendiri tapi diperoleh dari makanan.

"Nah ini jumlah pada protein hewani itu kebih lengkap dan jumlahnya cukup. Jadi seluruh asam amino esensial itu ada pada protein hewani yaitu Isoleusin, Lisin, Leusin, Valin, Treonin, Histidin, Metionin, Fenilalanin, dan Triptofan," ujarnya.

Beberapa pangan atau sumber protein nabati itu adalah limiting factornya. Jadi, ada asam amino yang membatasi sehingg tidak sepenuhnya bisa diserap oleh tubuh, misalnya methioning dan sistein pada kacang-kacangan.

"Kemudian studi komsumsi kita sumber proteinnya terutama adalah adalah nasi padahal nasi kualitas proteinnya tidak sepeti protein hewani. Walaupun kalau dibandingkan dengna bahan pokok lain nasi paling tinggi kandungan proteinnya tapi punya pembatas, yaitu lisinnya rendah," ujarnya.

Protein hewani jauh lebih mudah diserap dan tidak memiliki limiting, komponen amino esensialnya jauh lebih lengkap, dan lebih kaya. Selain itu, kandungan zat besinya juga sangat tinggi.

"Jadi kalau kita bandingkan harus makan 8 porsi bayem itu sama dengan satu ati ayam. Jadi kalau kita makan satu ati ayam itu kandungan zat besinya itu setara dengan delapan mangkok sayur bayam," teranganya.

Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Timur, Arumi Bachsin menyampaikan tiga poin yang disosialisasikan kepada mayarakat, khususnya di Jawa Timur.

Pertama adalah memilih dan memilah makanan untuk keluarga. Makan bernutrizi baik, makanan yang tidak diuplos, makanan yang memnuhuhi kriteria asuh. Kemudian memilih mana yang proteinnya tinggi dan baik sesuai dengan kebutuhan.

Kedua, mengolah dari makanan keluarga itu sendiri. Walaupun makanan memiliki protein tinggi jika tidak diolah tentu akan membuat bosan apalagi sekarang akses terhadap makanan yang diperjualbelikan sangatlah mudah.

"Hal itu yang biasanya pada akhirnya program gizi di rumah jadi gagal. Jadi, mungkin bosan makan makanan rumah yang diolah itu-itu aja yang sebetulnya sehat tapi tidak berganti menu," ujarnya,

Ketiga, edukasi mengenai gizi untuk keluarga mulai dari keluarga yang mwmiliki ibu hamil, menyusui sampai dengan keluarga yang miliki stunting.

"Karena itu juga konsen utama kami di PKK untuk memastika karena tanggung jawaB kita adalah memastikan hal-hal yang buruk itu berhenti digenrasi kita saja dan menyimpan gerasi bagus untuk kedepannya," tutupnya.

KEYWORD :

Prostesin Hewani SDM Unggul




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :