Selasa, 30/04/2024 13:19 WIB

Begini Resep ALFI Atasi Kelangkaan Peti Kemas dan Kelancaran Logistik Ekspor Impor

Ketersediaan kontainer di suatu negara salah satunya bergantung pada frekuensi impornya.

Sejumlah kontainer sedang menunggu pengiriman (Foto:Bob Riha Jr./Reuters)

JAKARTA, Jurnas.com -Baru-baru ini bisnis logistik di tanah air sempat heboh akibat terjadi kelangkaan peti kemas, sehingga membuat arus barang ekspor dan impor tersendat.

Ketum DPP ALFI Yukki Nugrahawan Hanafi, Minggu (22/8/2021), menyampaikan bahwa kelangkaan petikemas ini harus dicarikan solusi karena telah mendorong kenaikan harga  freight yang sangat ekstrim pada sejumlah rute pengiriman internasional dan mengakibatkan  kenaikan harga logistik. 

Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) menyampaikan beberapa usulan kepada Pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut.

Pertama, mengoptimalkan utilisasi perputaran peti kemas dengan mengupayakan pengeluaran atau pemanfaatan peti kemas dengan status un-clearence (belum ada clearance) di setiap terminal Pelabuhan.

Kemudian, pihak pelayaran juga secara transparan menyampaikan laporan lebih awal kepada eksportir dan instansi terkait jika memang kapasitas muat mereka bermasalah atau sudah penuh booking oleh eksportir.

"Kapasitas muat kapal utamakan peti kemas isi barang bukan peti kemas kosong (reposition)," kata Yukki.

Usul ALFI kedua, diberikan relaksasi/kemudahan untuk pengalihan barang ekspor/finished goods dari pabrik ke gudang logistik,

Jika pabrik ada fasilitas pabean (KB atau KITE) maka telah di dukung pihak BC untuk memberikan kemudahan proses ijin relokasi sementara ini dari KB/KITE ke lokasi gudang PLB, TPS atau TLDDP (gudang umum dengan jaminan).

Selain itu, pengendalian teknis sarana muat peti kemas dan ketersediaan peti kemas dapat diawasi dan dimonitor oleh instansi terkait maupun pengguna jasa.

Ketiga, optimalisasi keterlibatan pelaku logistik swasta nasional untuk mendukung proyek infrastruktur pemerintah.

Dalam kaitan ini, percepatan dan kemudahan perijinan kegiatan berusaha segera dapat dirasakan pelaku usaha tanpa mengabaikan kepentingan negara yang lebih besar (praktik monopoli, larangan/pembatasan ekspor/impor dan sebagainya).

Keempat, pemberian subsidi kepada eksportir, khususnya komoditas yang memiliki daya saing tinggi (RCA >1) sehingga mampu mengubah cara pembayaran ekspor dari FOB menjadi CIF dan memiliki bargaining terhadap buyer di luar negeri.

Kelima, memberikan subsidi kepada operator pelayaran sehingga mau melakukan repositioning (repo) kontainer kosong yang masih tertahan di beberapa tempat.

 

Penyebab kelangkaan peti kemas

Berdasarkan kajian ALFI, sedikitnya terdapat tujuh sumber masalah penyebab kelangkaan peti kemas.

Pertama, shipping dengan peti kemas diperlukan untuk aktivitas ekspor impor komoditas yang berupa produk jadi.

Aktivitas ekspor komoditas SDA Indonesia seperti batubara dan CPO tidak menggunakan kontainer, namun menggunakan Bulk Dry Cargo atau Bulk Liquid Cargo.

Kedua, ketersediaan kontainer di suatu negara salah satunya bergantung pada frekuensi impornya. Kontainer cenderung banyak bergerak ke Amerika seiring dengan impornya yang tinggi, sementara di Indonesia lebih sedikit.

Ketiga, selama pandemi COVID-19, terjadi penurunan impor Indonesia yang berakibat lebih sedikitnya kontainer yang masuk ke Indonesia.

Dengan keterbatasan kontainer, pelaku usaha eksportir dan importir di Indonesia merasa kelangkaan kontainer, terutama ukuran 40 feet/40 feet highcube. Lebih lanjut, tekanan kenaikan biaya angkut tidak dapat mengkompensasi nilai tambah komoditas yang di ekspor.

Keempat, operator shipping line memberi klien free time window atau waktu ekstra secara gratis untuk menyimpan kargo mereka di dalam peti kemas di pelabuhan untuk mempertahankan hubungan bisnis.

Kelima, operator shipping line di Amerika Serikat mengurangi free time window  tersebut dan membebankan biaya tambahan  pembongkaran kontainer untuk mendorong kontainer kembali ke Asia secepat mungkin untuk pengiriman berikutnya.

"Namun, importir AS tidak dapat menemukan kapasitas truk yang cukup untuk mengosongkan kontainer," ucap Yukki.

Keenam, para pelaku eksportir Asia menekan harga dengan memesan kontainer di muka, memesan ruang di kapal, dan menegosiasikan tarif dengan menggunakan kontrak kontainer yang terhubung dengan indeks dan alat manajemen risiko.

Ketujuh, pemerintah Tiongkok melakukan intervensi harga dan meminta Costco (perusahaan container milik Tiongkok dengan market share dunia 35%) untuk menahan harganya yang diharapkan dapat menahan kenaikan harga kontainer.

Menurut Yukki, hal ini semakin diperparah karena selama masa Pandemi terjadi aktivitas penurunan impor Indonesia yang menyebabkan kelangkaan kontainer terutama 40 feet untuk ekspor.

"Impor Indonesia yang lebih kecil tersebut menyebabkan rendahnya jumlah kontainer yang masuk ke Indonesia, selain itu terjadinya ketidakseimbangan arus kontainer ekspor dan impor Amerika Asia menaikkan harga container," tuturnya.

Dia mengatakan, berdasarkan kondisi-kondisi tersebut kelancaran arus barang ekspor dan Impor di Indonesia dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 saat ini masih harus berhadapan dengan isu-isu dilapangan, yaitu: soal kelangkaan peti kemas (shortage container), tidak tersedianya space di kapal (full book).

Disamping itu, isu penumpukan barang ekspor dilokasi pabrik yang bisa mengakibatkan stop produksi, serta lemahnya ekosistem data/komunikasi antar pelaku moda transport, pemilik barang, forwarder, dan Instansi/Lembaga Pemerintah terkait.

Yukki mengatakan, meskipun begitu, situasi kelangkaan kontainer yang juga dialami negara-negara di dunia diperkirakan akan mulai berkurang hingga akhir 2022. Apalagi, Indonesia termasuk negara yang dinilai paling siap menghadapi persoalan tersebut. Karena tidak mengalami lockdown dalam mengatasi Pandemi.

Selain masalah kelangkaan kontainerALFI  telah menerima sejumlah  laporan berupa  kendala terkait masalah di sektor logistik seperti tidak tersedia space di kapal karena full book.

Bahkan sempat ada penumpukan barang ekspor di lokasi pabrik yang bisa mengakibatkan stop produksi, hingga masih lemahnya ekosistem data di antara pelaku moda transportasi, pemilik barang, forwarder, dan instansi terkait.

"Di sisi lain, kelancaran arus barang ekspor dan impor serta pembiayaannya dalam situasi pandemi yang dialami dunia saat ini menjadi kunci meningkatkan kinerja ekspor nasional," ujar Yukki.

KEYWORD :

ALFI kontainer peti kemas langka




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :