Jum'at, 10/05/2024 08:40 WIB

Regulator UE Temukan Hubungan antara Peradangan Jantung dan Vaksin mRNA COVID

Panel EMA juga merekomendasikan bahwa orang yang memiliki riwayat sindrom kebocoran kapiler (CLS) tidak boleh divaksinasi dengan vaksin sekali pakai J&J. 

Vaksin Covid-19 AstraZeneca (Foto: BBC/Getty Images)

Jurnas.com - Regulator obat Eropa menemukan kemungkinan hubungan antara peradangan jantung langka dan vaksin COVID-19 dari Pfizer dan Moderna, dan menyarankan orang-orang dengan riwayat kelainan darah langka untuk menghindari suntikan virus corona J&J.

Kondisi jantung miokarditis dan perikarditis harus terdaftar sebagai kemungkinan efek samping dari dua vaksin mRNA, komite keamanan Badan Obat Eropa (EMA) mengatakan pada Jumat (9/7).

"Kasus-kasus seperti itu terutama terjadi dalam 14 hari sejak vaksinasi, lebih sering setelah dosis kedua dan pada pria dewasa yang lebih muda," kata EMA. Hal ini sejalan dengan temuan pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) bulan lalu.

Panel EMA juga merekomendasikan bahwa orang yang memiliki riwayat sindrom kebocoran kapiler (CLS) tidak boleh divaksinasi dengan vaksin sekali pakai J&J. Pengawas pada bulan Juni meminta CLS untuk ditambahkan sebagai efek samping dari tembakan AstraZeneca.

Baik vaksin AstraZeneca dan J&J menggunakan versi berbeda dari virus flu untuk memberikan instruksi untuk membuat protein virus corona guna menghasilkan respons imun. (Rueters)

KEYWORD :

Vaksin COVID-19 Peradangan Jantung Vaksin mRNA COVID




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :