Ustadz muda Mabrur Inwan
Jakarta, Jurnas.com - Makan sahur merupakan salah satu rangkaian aktivitas dalam menjalankan ibadah puasa. Dalam tradisi Islam, sahur dinilai dapat membawa berkah dan manfaat demi melancarkan ibadah puasa.
Namun ada kalanya kita kelewatan tidak makan sahur. Seringkali penyebabnya bangun kesiangan hingga lewat subuh. Lantas, jika tidak sahur apakah puasa bisa dianggap sah atau tidak?
Terkait hal itu, Pengamat Pendidikan Islam, Mabrur Inwan M.Ag mengatakan bahwa salah satu rukun puasa harus ada niat, yakni diniatkan secara serius untuk menjalankan puasa serta mampu menahan diri dari aspek biologis seperti tidak makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami istri di siang hari.
Menurutnya, jika dua hal itu dapat dipenuhi maka seseorang itu bisa dikatakan sebagai orang yang berpuasa atau secara hukum Islam puasanya dianggap sah.
"Karena dua hal ini, maka sahur dalam hukum Islam tidak bersifat wajib. Jadi orang yang tidak sahur ya tidak masalah karena memang status hukumnya sunah," kata Mabroer.
Namun, lanjut alumni Magister di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, orang yang berpuasa dianjurkan untuk melaksanakan sahur karena di dalam ajaran Islam bahwa sahur mampu mendatangkan berkah.
"Dalam salah satu riwayat mengatakan bahwa Nabi bersabda sahurlah, karena di dalam sahur ada berkah. Untuk itu, sebaiknya kita melaksanakan sahur sebelum menjalankan puasa," ujarnya.
Dosen sekaligus agamawan muda asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat, menilai berkah yang dimaksud Rasulullah yaitu kebersamaan dengan keluarga dan upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah lewat zikir dan berdoa.
"Berkah adalah bertambahnya kebaikan. Orang sahur itu kan berkumpul bersama dengan keluarga ada kebahagiaan yang didapat. Kedua, ketika kita bangun pagi melakukan zikir kepada Allah kemudian dirangkai dengan salat subuh maka itu akan menambah berkah," tuturnya.
"Hanya saja sahur itu dianjurkan oleh Nabi untuk diakhirkan, agar salat subuh tidak dilewatkan," tutupnya.
KEYWORD :Makan Sahur Rukun Puasa Mabroer Inwan
