Rabu, 01/05/2024 20:20 WIB

Mesin Grafting Semi Otomatis Jawaban untuk Benih Berkualitas

Mesin grafting ini juga bisa digunakan oleh segala jenis tanaman tahunan seperti kakao dan buah buahan. 

Mesin sambung pucuk (grafting) semi otomatis. (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), meluncurkan mesin grafting semi otomatis untuk mempermudah proses sambung pucuk (grafting). Petani hanya perlu menyalakan mesin dan menyiapkan tanaman yang akan disambung pucuk.

Menurut Kepala BBP Mektan Agung Prabowo, hadirnya mesin ini juga dilatarbelakangi prosentase keberhasilan tumbuh dari hasil grafting manual yang masih di bawah 90%. Padahal, bibit hasil grafting ini bisa menghasilkan keuntungan yang menggiurkan.

"Misalnya untuk bibit Kakao hasil grafting adalah Rp 5-10 ribu per batang. Begitu pula bibit grafting buah buahan seperti jeruk, rambutan dan lainnya," katanya.

Karena itu, BBP Mektan menciptakan mesin grafting, guna mempermudah dan menghasilkan bibit yang berkualitas. Dibandingkan dengan tenaga manual mesin ini bisa menghasilkan kapasitas lebih besar mencapai 10-15 kali lipat.

Mesin grafting ini adalah prototipe keempat yang dikembangkan BBP Mektan. Penyempurnaan model dan mesin selalu dilakukan sehingga dihasilkan mesin yang jauh lebih sederhana serta mudah dibawa, serta mempunyai kecepatannya grafting lebih tinggi.

"Prototipe pertma dibutuhkan waktu 1,5 menit, sedangkan prototipe keempat cukup 30 detik saja untuk 1 bibit," ungkap Agung.

Agung menambahkan, sasaran utama dari mesin grafting ini adalah petani pengusaha benih atau kelompok petani dengan kapasitas minimal 1000 batang bibit. "Satu mesin ini bisa menghasilkan benih untuk kapasitas satu hektare dalam satu hari saja," tuturnya.

Saat ini, prototipe mesin grafting sudah mulai dikenalkan dan akan ditempatkan pada Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Hortikultura di Subang dan UPBS Kakao di Pakuwon, Sukabumi.

Selanjutnya, mesin ini akan ditempatkan di seluruh UPBS milik Balitbangtan, dengan harapan agar UPBS khususnya penghasil bibit tanaman keras, mampu menghasilkan bibit berkualitas untuk masyarakat," katanya.

Astu Unadi, perekayasa yang menciptakan mesin ini lebih lanjut merinci, prosentase keberhasilan tumbuh dari bibit hasil mesin Grafting tersebut bisa lebih dari 95%, meskipun yang mengoperasikannya tidak ahli grafting.

Mesin grafting ini juga bisa digunakan oleh segala jenis tanaman tahunan seperti kakao dan buah buahan. "Bisa diatur, mau besar, mau tinggi, mau kecil sudah disesuaikan mesinnya," jelasnya.

Mesin grafting semi otomatis ini berfungsi untuk memotong batang atas dan batang bawah, mengikat sambungan antara batang bawah dengan batang atas dengan alat pengikat.

Dengan gerakan maju dan mundur pisau potong batang yang akan disambung menggunakan sistem pneumatik, yaitu double pneumatik silinder dengan linear guide dan gerakan penjepit batang yang akan disambung menggunakan jari-jari penjepit sistem pneumatik.

Untuk mengikat sambungan antara batang bawah dan batang atas menggunakan motor listrik.

Dalam pengoperasiannya, sangat sederhana sehingga tenaga grafting yang dibutuhkan tidak perlu profesional. "Hanya perlu dilatih sebentar saja, sudah langsung bisa menggunakan mesin grafting ini," jelasnya.

Kebutuhan bibit berkualitas khususnya pada tanaman tahunan seperti kakao dan tanaman buah menjadi faktor penting penentu keberhasilan usaha pertanian.

Seperti disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo bahwa benih mempunyai peranan penting dalam peningkatan kualitas maupun kuantitas produksi budidaya tanaman.

Syahrul mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) akan terus mengawal pengadaan benih yang bermutu untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah.

"Tanpa teknologi, benih yang berkualitas yang tepat jenis, tepat waktu dan dalam jumlah banyak, mustahil diperoleh," kata Syahrul dalam keterangan tertulisnya pada Senin (20/4).

Salah satu cara menyediakan benih yang berkualitas adalah melalui grafting. Perbanyakan benih dengan metode grafting sudah lama dikenal dan digunakan petani untuk memperbaiki sifat tanaman.

Pada prinsipnya, grafting menggabungkan dua bagian tanaman yang masih hidup, sehingga keduanya dapat bergabung menjadi satu tanaman yang utuh dan memiliki sifat kombinasi antara dua organ atau jaringan yang digabungkan tersebut.

Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan, salah satu kendala yang dihadapi petani dalam pengembangan tanaman pohon, baik komoditas perkebunan maupun hortikultura adalah penyediaan benih unggul bermutu secara cepat dalam jumlah besar.

"Di Indonesia, metode Grafting masih dilakukan secara manual dan jumlah petani yang mampu melakukan grafting semakin terbatas," kata Fadjry.

Tenaga kerja grafting secara konvensional menggunakan pisau atau gunting grafting, sehingga mutu benih yang dihasilkan bervariasi tergantung dari keterampilan petani graftingnya.

"Dengan terbatasnya tenaga kerja, maka kapasitas hasil benih juga rendah, sebab satu hari per orang hanya bisa mendapatkan 75 tanaman hasil sambung pucuk, seperti pada tanaman kakao," tuturnya.

KEYWORD :

Inovasi Pertanian Mesin Grafting Semi Otomatis Sambung Pucuk Benih Berkualitas




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :