Jum'at, 10/05/2024 07:09 WIB

Hizbullah: Iran Membombardir Israel jika Perang Meletus

Nasrallah juga membeberkan sudah mengurangi jumlah pejuang gerakannya yang mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad di Suriah yang berdekatan yang dilanda perang.

Sekretaris jendral gerakan perlawanan Libanon Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, menyampaikan siaran pidato dari ibukota Lebanon, Beirut, pada 25 Mei 2019.

Damaskus, Jurnas.com - Pemimpin Hizbullah Libanon, Sayed Hassan Nasrallah memperingatkan bahwa Iran dapat membombardir Israel dengan keganasan dan kekuatan jika perang pecah dengan Amerika Serikat (AS).

"Ketika Amerika memahami bahwa perang ini dapat melenyapkan Israel, mereka akan mempertimbangkan kembali," kata Nasrallah seperti disiarkan di televisi gerakan Al-Manar pada Jumat (12/7).

"Tanggung jawab kita bersama di wilayah ini adalah bekerja untuk mencegah perang AS terhadap Iran," sambungnya lagi.

Nasrallah mengatakan Arab Saudi maupun Uni Emirat Arab (UEA) tidak memiliki kepentingan dalam konflik.

Nasrallah juga membeberkan sudah mengurangi jumlah pejuang gerakannya yang mendukung pemerintahan Presiden Bashar al-Assad di Suriah yang berdekatan yang dilanda perang.

"Tentara Suriah sudah sangat pulih dan telah menemukan bahwa hari ini tidak membutuhkan kita," katanya.

"Kami hadir di setiap area yang dulu kami tuju. Kami masih di sana, tapi kami tidak perlu berada di sana dalam jumlah besar selama tidak ada kebutuhan praktis," katanya.

Meski begitu, kepala gerakan yang bermazhab Syiah, yang sudah berperang di Suriah sejak 2013, tidak memberikan perincian tentang sejauh mana pengurangan tersebut.

Didukung oleh Rusia dan Iran, pemerintah Damaskus telah mengambil kembali sebagian besar wilayah dari kelompok pemberontak sejak 2015, dan sekarang mengendalikan sekitar 60 persen negara itu.

Nasrallah berbicara setelah Washington mengumumkan sanksi baru terhadap Hizbullah yang menyasar para pejabat terpilih dari gerakan untuk pertama kalinya.

Nasrallah mengatakan tidak ada pejuangnya yang saat ini terlibat dalam pertempuran di wilayah barat laut Suriah, Idlib, di mana pasukan Suriah dan Rusia telah meningkatkan pemboman mematikan sejak akhir April.

"Tetapi jika ada kebutuhan untuk kembali, semua yang ada di sana akan kembali ke Suriah," tegasnya.

KEYWORD :

Arab Saudi Hizbullah Iran Amerika Serikat Sayed Hassan Nasrallah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :