Kamis, 02/05/2024 06:01 WIB

"Supply" dan "Demand" Perguruan Tinggi-Industri Masih Senjang

Tidak hanya infrastruktur, di bidang kesehatan dan pendidikan juga ditemukan masalah serupa. Untuk sektor kesehatan, sebaran populasi dokter tidak merata. Bahkan di beberapa provinsi jumlah populasi dokter mengalami surplus.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Ali Ghufron (foto: Jurnas)

Jakarta, Jurnas.com – Kesenjangan antara ketersediaan (supply) dan permintaan (demand) sumber daya manusia (SDM) perguruan tinggi dengan industri masih menganga lebar.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Ali Ghufron Mukti menyontohkan, di sektor infrastruktur diperkirakan terdapat 27.087 sarjana teknik pada 2024. Sementara kebutuhan industri mencapai 182.658.

“Untuk mengatasinya perlu mengerahkan sarjana teknik yang selama ini tidak berkarier di keinsinyuran, dan sekaligus mendorong agar prodi teknik di perguruan tinggi serta diploma dapat lebih mengundang minat kaum muda,” kata Ali Ghufron kepada awak media dalam kegiatan Seminar Internasional ‘Relevansi Pengembangan SDM Iptek dan Dikti terhadap Pembangunan Sektor Kemaritiman’ di Jakarta pada Senin (15/4).

Tidak hanya infrastruktur, di bidang kesehatan dan pendidikan juga ditemukan masalah serupa. Untuk sektor kesehatan, sebaran populasi dokter tidak merata. Bahkan di beberapa provinsi jumlah populasi dokter mengalami surplus.

“Kami mengusulkan perlu adanya redistribusi lulusan dokter spesialis dari provinsi yang sudah surplus,” tegas dia.

Sementara untuk sektor pendidikan, prediksi kebutuhan guru SMA dalam kurun waktu 2017 hingga 2024 akan meningkat dari 6.180 menjadi 11.814, guru SMK dari 8.325 menjadi 13.674, guru SMP 13.200 menjadi 26.200 guru.

“Terkait hal tersebut, diperlukan kebijakan lebih lanjut terkait kelebihan dan kekurangan produksi lulusan yang ekstrem pada beberapa program studi LPTK tertentu terhadap kebutuhan guru,”papar Ghufron.

Terkait hal ini, Ghufron menyebut terjadinya kesenjangan diakibatkan oleh ketiadaan grand design SDM, khususnya SDM pendidikan tinggi. Dia mengatakan, saat ini jumlah prodi membengkak, disertai dengan penerimaan yang terkesan bebas.

“Ke depan dengan SDM, berapa jumlahnya, kualifikasinya apa, program studinya berapa, nanti kita hitung,” tandas dia.

KEYWORD :

Pendidikan Tinggi Ali Ghufron




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :