Minggu, 28/04/2024 22:49 WIB

Terkendala Biaya, Pasien Kusta Subang Kubur Mimpi Berkuliah

Ferdy tak patah arang. Gagal berkuliah bukan alasan baginya. Kini, sembari menjalani pengobatan rutin yang dia lakukan sejak akhir 2021 lalu, Ferdy mencoba pelatihan vokasional atau kursus.

Pasien kusta asal Subang, Ferdy Firmansyah (Foto: Dok. NLR Indonesia)

Jakarta, Jurnas.com - Ferdy Firmansyah mengubur dalam-dalam mimpinya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Remaja 20 tahun itu mengaku masalah biaya sebagai penyebab utamanya.

Ferdy adalah seorang pasien kusta, yang kini tinggal di Desa Sumurgintung, Pagaden Barat, Subang, Jawa Barat. Dia menceritakan cita-citanya menjadi seorang guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

"Penginnya kuliah, waktu itu ada yang nawarin kuliah ekonomi tapi tidak suka. Karena sukanya PAI. Pengin mengajar PAI. Kalau kuliah, inginnya kuliah di UIN (Universitas Islam Negeri) Bandung," tutur Ferdy saat ditemui Jurnas.com pada Selasa (7/2) lalu.

Namun, Ferdy tak patah arang. Gagal berkuliah bukan alasan baginya. Kini, sembari menjalani pengobatan rutin yang dia lakukan sejak akhir 2021 lalu, Ferdy mencoba pelatihan vokasional atau kursus.

Ferdy sempat mengikuti kursus menjahit tahun lalu. Namun, karena jarak antara rumahnya dengan lokasi kursus cukup jauh, tubuhnya kelelahan. Walhasil, Ferdy mengalami reaksi kusta.

"Reaksinya pas mau selesai kursus, tapi akhirnya enggak dapat sertifikat. Rencana mau kerja di pabrik juga batal karena reaksi," ujar Ferdy.

Kusta menghinggapi Ferdy sejak 2016 lalu, ketika dia menginjak kelas 1 SMP di sebuah pesantren di Subang. Waktu itu, dia menemukan sejumlah bercak di kaki dan tangan yang mati rasa saat disentuh.

Gejala ini sempat diabaikan olehnya. Namun, menjelang akhir SMA, bercak tersebut menyebar hingga ke punggung dan telinga. Akhirnya, Ferdy memutuskan berobat ke puskesmas berkat dorongan orang tuanya.

"Mulai berobat tahun 2021 akhir. Lulus SMA langsung berobat," kata penyuka olahraga fisik ini.

Perasaan kaget membuncah ketika dia divonis kusta. Ferdy khawatir penyakit ini bisa membuatnya mengalami kebutaan. Apalagi usianya masih relatif muda. Namun, dia lega setelah mendapatkan informasi dari puskesmas bahwa kusta bisa sembuh jika diobati. Kusta juga tidak menular jika sudah mengonsumsi obat.

Bermodalkan informasi tersebut, Ferdy menjalani pengobatan dengan tenang. Dia juga tak was-was berkumpul dengan teman-temannya ketika ada ajakan menongkrong. Di sisi lain, Ferdy bersyukur dia tidak pernah mendapatkan stigma, baik dari lingkungan tempat tinggalnya maupun dari teman-teman.

"Teman-teman juga sering jenguk ke sini untuk kasih semangat. Kata mereka saya disuruh banyak istirahat," ungkap dia.

Ferdy terus berjuang untuk kesembuhannya dari kusta. Dia berencana untuk kembali mengikuti kursus, apabila nanti sudah sembuh.

"Kerja di pabrik aja," tutup anak pertama dari dua bersaudara tersebut.

Untuk diketahui, penemuan kasus kusta di Indonesia tak lepas dari peran Yayasan NLR Indonesia, sebagai organisasi nirlaba yang bekerja di bidang penanggulangan kusta dan konsekuensinya melalui layanan kesehatan puskesmas.

Di Jawa Barat, Yayasan NLR Indonesia bekerja sama dengan sejumlah kabupaten, antara lain Cirebon, Subang, Indramayu, Karawang, Kuningan, dan Bekasi untuk penemuan kasus kusta. NLR Indonesia juga bermitra dengan pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk eliminasi kusta.

KEYWORD :

Kusta Ferdy Firmansyah Kuliah Pendidikan Tinggi Subang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :