Sabtu, 04/05/2024 01:17 WIB

Perang Dagang Mereda, Harga Minyak Dunia Kian Menguat

Kenaikan harga minyak mentah juga dipengaruhi pembatasan pasokan OPEC yang diumumkan pekan lalu.

Pemandangan matahari terbenam di ladang minyak Daqing di provinsi Heilongjiang, China 7 Desember 2018. (Foto: Stringer/Reuters)

Singapura - Harga minyak terus menguat hingga Kamis (13/12). Hal itu dipengaruhi dua hal, di antaya Amerika Serikat (AS) penarikan semua stok minyak mentahnya dan komitmen China mengakiri perdagangan dengan Washington.

Dilansir dari Reuters, kenaikan harga minyak mentah juga dipengaruhi pembatasan pasokan Anggota Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang diumumkan pekan lalu.

Minyak mentah Brent internasional berjangka LCOc1 berada di USD60,47 per barel pada 0442 GMT, naik 32 sen, atau 0,5 persen, dari penutupan terakhir. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) di AS CLc1 berada di USD51,35 per barel, naik 20 sen atau, 0,4 persen.

Sebagai bentuk komitmen China bersedia meredakan perang dangan, Tirai Bambu mengimpor kedelai dengan jumlah besar dari AS  pada Rabu (12/12). Hal itu membantu investor bernapas lega di pasar saham, dan mendorong harga minyak naik.

Para analis mengatakan, penurunan stok minyak mentah AS juga mendorong minyak, yang naik lebih tinggi pada ekspektasi bahwa pengurangan produksi yang direncanakan OPEC akan menyeimbangkan kembali pasar pada 2019.

Persediaan minyak mentah AS USOILC = ECI turun 1,2 juta barel dalam seminggu hingga 7 Desember, dibandingkan dengan ekspektasi untuk penurunan 3 juta barel.

"Kesepakatan pengurangan produksi 1,2 juta barel per hari pada pertemuan OPEC pekan lalu akan menyebabkan defisit (pasokan) pada H1 2019," kata analis ANZ, Daniel Hynes.

"Meningkatnya output AS, pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dan kesepakatan pemotongan produksi akan membuat pasar seimbang dalam H2," kata Hynes. ANZ mengharapkan Brent mencapai USD75 per barel pada kuartal pertama 2019.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan permintaan untuk minyak mentah pada 2019 akan turun menjadi 31,44 juta barel per hari (bpd), 100.000 bpd kurang dari yang diperkirakan bulan lalu dan 1,53 juta bpd kurang dari yang saat ini diproduksi.

Hal ini menambah kekhawatiran beberapa pengamat pasar, keputusan yang dipimpin Arab Saudi akan membuat stok minyak makin langka atau mendorong harga minyak lebih tinggi.

KEYWORD :

Ameria Serikat Perang Dangang China Harga Minyak




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :