Jum'at, 03/05/2024 18:07 WIB

Kemenkes: Negara Maju Kanker Payudaranya Juga Tinggi

Di negara maju pun, jumlah penderita kanker juga tinggi. Hanya saja, yang membedakan ialah tingkat kematian akibat kanker yang terhitung relatif rendah.

Ilustrasi kanker payudara (Foto: Independent)

Jakarta – Kepala Sub Direktorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Asik menyebut tingginya jumlah penderita kanker payudara tak hanya ditemui di negara berkembang, seperti Indonesia.

Di negara maju pun, jumlah penderita kanker payudara juga tinggi. Hanya saja, yang membedakan ialah tingkat kematian akibat kanker yang terhitung relatif rendah.

“Di sana deteksi dininya mudah, sehingga kematian juga rendah. Indonesia sedang diupayakan untuk itu,” kata dr. Asik kepada awak media akhir pekan lalu.

Bagaimana pun, kata dr. Asik, deteksi dini sangat penting bagi pengobatan kanker payudara. Saat kanker payudara dibawa ke dokter pada masa stadium awal, peluang sembuh dan harapan masih tinggi.

Sebaliknya, bila penderita kanker payudara lebih memilih obat herbal atau pengobatan alternatif, maka kanker payudara berisiko meningkat stadiumnya, atau bahkan membusuk. Sehingga peluang sembuh semakin tipis.

“Deteksi dini kita galakkan, faktor risiko juga diminimalisir dengan mendorong orang itu melakukan germas (Gerakan Masyarakat Sehat), di samping juga kerja sama masyarakat dan pemerintah,” terangnya.

Sementara Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar menyampaikan, deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan Sadari (Periksa Payudara Sendiri).

Jika perempuan menemukan adanya benjolan pada payudara, Linda mengimbau agar segera dibawa ke dokter agar mendapatkan penanganan medis.

“Sebagaimana misi kami agar Indonesia bebas kanker payudara stadium lanjut 2030, praktis Sadari harus terus didorong dari sekarang. Karena 70 persen penderita kanker payudara yang memeriksakan diri ke dokter sudah berada di stadium lanjut,” jelasnya.

KEYWORD :

Kanker Payudara Kementerian Kesehatan Deteksi Dini




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :