Selasa, 30/04/2024 01:30 WIB

Pilih Menu Sarapan yang Cerdas

Masih ada anggapan di Indonesia kalau tidak makan nasi putih belum makan, benarkah demikian?

Praktisi kebugaran Jansen Ongko (Foto: Ecka Pramita)

Jakarta - Gaya hidup modern yang semakin sibuk, kekhawatiran meninggalkan anak dengan rasa lapar di sekolah, mitos tidak perlu sarapan kalau tidak lapar, bahkan ketakutan berlebih terhadap sumber gizi tertentu seperti karbohidrat atau gula, menjadikan pola sarapan sebutuhnya menjadi kebiasaan umum.

Terkait pola sarapan itu diungkapkan olejh praktisi gizi kebugaran Jansen Ongko, padahal balita membutuhkan 20 gram kalori, anak-anak membutuhkan 35 gram kalori, dan dewasa membutuhkan 50 gram kalori.

Menurut Jansen, peran sarapan dalam memupuk kebugaran fisik dan mental justru penting sekali.

"Pertama, sarapan memenuhi sekitar 15-30 persen kebutuhan gizi harian. Kedua, kebiasaan sarapan yang cerdas juga turut membantu memupuk kebiasaan pola makan yang cerdas di saat makan siang, ketika jajan, dan makan malam," ujarnya dalam acara peluncuran Nestle Nestum di Jakarta, Rabu (6/9).

Tidak sarapan menjadi lesu, tidak bergairah, tidak bisa konsentrasi, selain itu kalau skip sarapan akan cenderung konsumsi lebih kalap saat makan siang.

Sarapan jadi penting karena saat tidur  malam hari perut menjadi kosong. Jansen mengimbau mulailah dengan budaya sarapan untuk diri sendiri dan keluarga.

Lalu, bagaimana sarapan yang cerdas? Yakni ketika Anda memilih sarapan yang tepat untuk tubuh Anda. Sarapan mengandung protein, karbohidrat, buah sayuran, ada sumber lemak.

Masih ada anggapan di Indonesia kalau tidak makan nasi putih belum makan. Padahal ada pasta kentang, umbi bisa jadi pengganti. Untuk sarapan bisa mencari yang mudah diolah dan dicerna misalnya gandum utuh, oatmeal, sereal, dan buah.

KEYWORD :

Sarapan Menu Gaya Hidup




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :