Ilustrasi depresi (Foto: Shutterstock)
Kisah seorang wanita penyintas Post Partum Depresion (PPD)
Aku Firman, suami Yana. Semua kesuraman yang menimpa keluarga kecilku diawali dari meninggalnya anak pertama kami, Fauzan. Dari situ butuh waktu lama untuk mendapatkan Fauzan. Namun, apa mau dikata jika Allah berkehendak lain, Fauzan malah mendahului kami orang tuanya.
Siapa yang tidak terguncang? Kami tentu saja. Terlebih istri yang mengandung dan merasakan prosesnya, sangat wajar jika terguncang.
Kondisi saat itu sungguh berat, terlebih kami sudah kadung bahagia dengan membeli baju dan pelengkapan dalam rangka menyambutnya. Saya sebagai suami berusaha untuk tetap tegar meski rasanya juga tidak karuan. Tapi kalau aku ikut terpuruk, bagaimana nasib Yana?Meski istri waktu itu belum bisa seperti ibu-ibu pada umumnya. Saya tetap bersyukur, setelah ikut perkumpulan yag digagas Pak Supri, ibu dari anak-anakku kini telah mengalami peningkatan kesehatan jiwa, malah lebih bagus tinimbang sebelumnya.
Kebanggaanku kian membuncah saat mendengar istri ingin punya organisasi yang fokus untuk masalah yang ia hadapi. Sungguh mimpi itu sangat mulia, ia tidak ingin perempuan lain merasakan hal yang sama. Yana pun membentuk komunitas Peduli Kesehatan Jiwa Ibu Perinatal Indonesia hingga berganti nama jadi Mother Hope Indonesia (MHI) yang mengajak dan mengedukasi ibu-ibu perihal baby blues dan depresi.Yana pun berkenalan dengan psikolog dan psikiater yang concern masalah tersebut. Sungguh saya teramat bersyukur tetap bisa mendampingi di masa-masa sulitnya. Kini setelah lahir adiknya Hana ia bertambah kuat lagi.
Tak Ada Alasan Bagiku Meninggalkannya
Bagiku, peran atau support pendamping suami itu sangat penting bagi istri yang sedang mengalami baby blues dan depresi, energi positif dari suami jadi faktor pendorong terkuat para istri untuk bangkit. Ketika istri menangis butuh perhatian khusus, ketika lagi down kita tanya, kita tetap support.
Depresi Bisa Pulih
Ya, yang dirasakan Firman memang wajar, lantaran tak semua orang tahu jika baby blues dan depresi usai melahirkan untuk itu diharapkan semua pihak bisa miliki awarness. Psikolog Elizabeth T Santosa meyakini jika baby blues dan depresi. bukanlah masalah baru, sejak lama mulai dari seleb Hollywood Broke Shield yang mulai memperkenalkan, makin ke sini makin banyak perempuan yang terkena.Perlu diketahui jika baby blues bisa menyerang siapa saja. khususnya ketika perempuan dalam kondisi tidak siap, secara fisik belum bisa menerima, jadi ada anggapan tidak menyiapkan secara mental saat hamil. “Ketika secara psikis dia belum adaptasi dngan kemampuan baru, sehingga dia merasa belum siap. belum lagi kondisi lingkungan, tidak ada suami, orang tua jauh, perubahan karier biasa sibuk lalu harus mengurus anak. Atau ikut suami yang dinas jadi saat melahirkan tidak ada teman atau saudara juga bisa memicu,” ucap Lizzy (sapaan Elizabeth).Tidak hanya anak pertama tetapi juga anak kedua dan selanjutnya. suami yang kurang supportif sibuk kerja sehingga jadi kurang perhatian ke istri padahal dukungan suami sangat penting bagi istri.
Lizzy menjelaskan jika baby blues syndrom lebih ke bahasa umum atau lebih dikenal masyarakat luas, jatuhnya lebih ke simpton atau ada fasenya ada periodenya sementara PPD sudah masuk klinis yang memerlukan pendampingan lebih lanjut karena secara fisik pun sebenarnya sudah bisa terlihat. “Dalam fase ini harus ada psikolog atau psikiater yang mendiagnosis dan mendampingi,” ujarnya. Lizzi mengungkapkan jika tidak semua ibu yang melahirkan mengalami masalah ini, kita tidak bisa mendeteksi secara langsung, meski mungkin kasusnya sudah marak, susah untuk membuat awarness mayoritas masyarakat, beda ya sama vaksin yang semua anak butuh.“Sementara masalah ini kan random, jadi sulit untuk didentifikasi apakah ia memiliki depresi atau tidak karena masalah ini tidak memandang status sosial atau latar belakang,” jelasnya.
Lizzy meyakini jika depresi bisa pulih kembali kalau kondisi psikisnya sudah ditangani dengan baik. Fokus sama anak, menyayangi anak, enjoy menjalani peran sebagai ibu. Bisa jadi trigger bagi perempuan lain, termasuk stimulus juga memberikan pengaruh, misal kondisi rumah tangga yang harmonis bisa memengaruhi perempuan terkena depresi. (Tamat) KEYWORD :Feature Depresi