Selasa, 30/04/2024 02:47 WIB

Populasi Nyamuk dan Perubahan Iklim Picu Meningkatnya Kematian akibat DBD di Peru

Populasi Nyamuk dan Perubahan Iklim Picu Meningkatnya Kematian akibat DBD di Peru

Seorang petugas kesehatan menyemprotkan insektisida untuk mencegah demam berdarah di sebuah rumah di Lima, Peru, 7 Maret 2024. REUTERS

LIMA - Kematian yang disebabkan oleh penyakit demam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk meningkat lebih dari tiga kali lipat di Peru sepanjang tahun ini. Data tersebut memicu tindakan pemerintah negara Amerika Selatan melipatgandakan upaya untuk membendung epidemi yang telah melanda masyarakat miskin dan daerah yang paling sulit.

Pemerintahan Presiden Dina Boluarte pekan ini mengatakan pihaknya telah menyetujui "keputusan darurat" yang mengizinkan langkah-langkah ekonomi luar biasa untuk mendukung rencana melawan wabah tersebut, yang menurut para ahli diperburuk oleh perubahan iklim.

Gejala ringannya meliputi mual, ruam, dan nyeri pada tubuh, sedangkan gejala parah yang jarang terjadi, lebih mengancam bayi dan wanita hamil, dapat menyebabkan pendarahan internal dan berpotensi berakibat fatal.

Kementerian Kesehatan Peru mengatakan hingga Kamis, tercatat ada 117 kematian akibat demam berdarah sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan 33 kematian pada periode yang sama tahun 2023. Kasus yang diduga juga meningkat lebih dari tiga kali lipat hingga mencapai sekitar 135.000 kasus.

Pejabat kesehatan selama beberapa hari terakhir telah melakukan pengasapan di lingkungan miskin di seluruh ibu kota Lima, termasuk di kuburan tempat nyamuk ditemukan berkembang biak di air yang berkumpul di vas untuk menghormati orang yang meninggal.

Para ahli mengatakan angka-angka di Peru mengkhawatirkan karena menunjukkan kemampuan nyamuk Aedes Aegypti, yang membawa penyakit tersebut, untuk menyebar ke daerah-daerah yang sebelumnya belum pernah terdeteksi demam berdarah. Jumlah kasus tertinggi tercatat di wilayah pesisir dan utara negara itu, termasuk Lima.

“Nyamuk telah beradaptasi terhadap perubahan iklim dan berkembang biak lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata ahli epidemiologi Universitas Lima, Augusto Tarazona.

Mengingat besarnya populasi masing-masing negara, Tarazona mengatakan bahwa dengan tingkat kejadian sebesar 330,27 kasus per 100.000 orang, Peru mengalami tingkat infeksi dan kematian yang lebih tinggi dibandingkan Brasil atau Argentina.
“Kita berada dalam situasi kritis di Amerika Latin,” katanya.

KEYWORD :

Demam Berdarah Tiga Kali Lipat Peru




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :