Jum'at, 10/05/2024 11:25 WIB

Komunitas Malu Dong Sebut Penelitian Sungai Watch Tak Selesaikan Persoalan Sampah Plastik di Bali

Komunitas Malu Dong Sebut Penelitian Sungai Watch Tak Selesaikan Persoalan Sampah Plastik di Bali

Gerakan Clean Up oleh Komunitas Malu Dong.

Jakarta, Jurnas.com - Malu Dong, sebuah komunitas lingkungan yang sangat populer di Bali, tidak melihat apa yang dilakukan Sungai Watch baru-baru ini bisa membantu Bali dari permasalahan sampah plastik. Apalagi sampai memojok-mojokkan perusahaan-perusahaan tertentu sebagai polluter sampah plastik terbesar.

Hal ini disampaikan Pendiri Komunitas Malu Dong, Komang Sudiarta menyikapi hasil audit sampah Sungai Watch yang dirangkum dalam sebuah laporan berjudul `Sungai Watch Impact Report 2023` baru-baru ini. “Nggak boleh nuduh-nuduh satu produk tanpa tahu apa yang telah dilakukan perusahaan itu untuk lingkungan,” ujar pria yang akrab disapa dengan Bemo ini.

Dia mencontohkan seperti Danone-AQUA dan Coca-Cola yang dalam penelitian Sungai Watch disebut-sebut sebagai perusahaan pencemar sampah plastik terbesar di sungai-sungai yang ada di Bali. “Itu tidak benar. Justru keduanya sangat peduli dengan persoalan sampah-sampah plastik mereka. Apalagi Aqua, mereka sangat peduli dengan persoalan sampahnya dengan sudah mau mendaur ulang dari kemasannya mereka,” tuturnya.

Lanjutnya, bersama-sama dengan Aqua, Komunitas Malu Dong dan beberapa Bank Sampah selalu terjun ke lapangan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak membuang sampah-sampah mereka di sembarang tempat termasuk ke sungai-sungai. “Kami bersama-sama selalu mengedukasi masyarakat bagaimana memanfaatkan sampah-sampah itu supaya lebih berguna lagi,” tukas Bemo.

Karenanya, menurut Bemo, dari penelusuran Komunitas Malu Dong di semua sungai yang ada di Bali, justru yang lebih banyak ditemukan di sungai-sungai itu adalah plastik kresek dan kemasan-kemasan sachet. “Jadi, tanpa membela produk tertentu, kami menemukan justru produk-produk kemasan sachet, bungkus chiki dan kresek itu yang lebih sering ditemukan di sungai-sungai,” kata Bemo yang mengaku Malu Dong hampir setiap hari mengadakan clean-up di sungai-sungai, pantai, sekolah-sekolah, dan Pura yang ada di Bali.

“Kami bukan clean-up di sungai saja. Kami juga melakukannya di pantai, Pura, sekolah-sekolah, dan di semua tempat. Bukan cuma clean-up, kami juga banyak mengedukasi masyarakat supaya mereka tidak membuang sampah sembarangan termasuk ke sungai,” ucapnya.

Dia mengakui bersama Aqua, Komunitas Malu Dong selama ini selalu mengedukasi masyarakat supaya ada perilaku bijak berplastik. “Artinya, bukan menyetop plastik itu tetapi bisa memanfaatkan plastik itu supaya tidak terjadi bencana. Masyarakat bisa memanfaatkan, memilah sampahnya supaya tidak terjadi sampah itu ada dimana-mana. Itu yang kita stop, bukan ngomongin sampahnya saja,” katanya.

Jadi, kata Bemo, apa yang dilakukan Komunitas Malu Dong itu tidak hanya aksi pembersihan lingkungan semata, tapi juga ada edukasi. “Gerakan adalah pembersihan. Setelah itu baru kita diskusikan mengapa mereka membuang sampah sembarangan. Kita juga menyiapkan fasilitas,” tuturnya.

Sungai Watch itu pernah tidak ke sekolah-sekolah memberikan edukasi. Berapa sekolah yang mereka sudah edukasi selama ini? Dia terlalu banyak menyerang, apalagi mereka itu komunitas orang luar. Kami orang lokal yang sudah lama melakukan ini, bukan baru sekali. Kami ingin menyelesaikan persoalan dari hulu sampai hilir, sampah yang residu kita akan selesaikan juga,” tandasnya lagi.

Dia juga mengutarakan bahwa Danone-Aqua dan Coca-Cola sudah berusaha menempatkan dropbox mereka supaya sampah-sampah plastik itu tidak jatuh ke sungai. Selain itu, mereka juga memiliki bank sampah. “Kok jadi mereka yang diserang,” tukasnya.

Menurutnya, sampah-sampah yang jatuh ke sungai itu lebih karena faktor manusianya dan fasilitas tempat sampahnya yang tidak tersedia. Jadi, katanya, meski di Bali itu sudah ada juga aturan adat yang melarang masyarakat untuk membuang sampah sembarangan, jika tidak dilakukan edukasi tetap saja masyarakat melakukannya.

“Yang pasti dari manusianya yang nggak sadar dan juga fasilitasnya nggak ada. Kalau masyarakatnya tidak teredukasi, solusi yang mereka lakukan adalah salah satunya membuang sampah ke sungai. Kalau kepedulian manusianya nggak ada, jangan ngomong untuk menyelesaikan persoalan ini. Mental manusianya dulu dibangun kepeduliannya. Kalau ini belum terbangun, masih tidur, jangan ngomong masalah sampah akan selesai deh,” ucapnya.

Bemo membentuk Komunitas Malu Dong ini pada tahun 2009. Penanaman karakter malu dalam perilaku membuang sampah menjadi agenda prioritas bagi Komunitas Malu Dong. Komunitas yang mewadahi generasi muda ini bergerak dan beraksi nyata di beragam acara festival, sekolah-sekolah hingga pelosok desa untuk mengedukasi masyarakat. Komunitas ini tersebar di seluruh Bali, juga secara rutin mengadakan kegiatan bersih-bersih sampah. Secara lebih luas, gerakan dan aksi ini juga komunitas lakukan pada rantai bagian hulu hingga hilir.

KEYWORD :

Sungai Watch Malu Dong Sampah Plastik Komang Sudiarta




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :