Selasa, 14/05/2024 18:46 WIB

Opini

Siapkah Pemilih Pemula Memilih Presiden dan Wakil Rakyat?

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan data pemilih pada pemilu 2024-2029 akan didominasi oleh Generasi Z dan Milenial (55 persen).

Ilustrasi Pemilu (Foto: Ilustrasi/Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengumumkan data pemilih pada pemilu 2024-2029 akan didominasi oleh Generasi Z dan Milenial (55 persen). Angka ini selaras dengan data survei sosial ekonomi nasional 2022 yang menunjukkan bahwa pemilih muda Generasi Z (22,85 persen) dan Milenial (33,65 persen) melampaui separuh jumlah pemilih dari total sekitar 204,8 juta. Tentunya tidak semua pemilih muda itu adalah pemilih pemula. Hanya sekitar 30 persen saja yang akan benar-benar pertama kali menggunakan hak suara mereka sebagai pemilih pemula.

Mereka yang tergolong pemilih pemula adalah orang yang baru mendapatkan haknya memilih pertama kali pada pemilu 2024. Diasumsikan paling banyak adalah bagian dari Generasi Z yang lahir antara 1997 sampai 2012. Dengan demikian, pemilih pemula berbeda dengan orang-orang yang baru pertama kali ikut memilih, berapapun usia mereka.

Generasi Z dikatakan Catherine Linnes dan Brian Metcalf (2017) seringkali disebut sebagai generasi internet. Artinya, Generasi Z adalah generasi pertama yang benar-benar tumbuh dengan teknologi dan lebih nyaman hidup menggunakan teknologi digital. Generasi ini sangat bergantung pada TI. Hal ini ditunjukkan dengan cara mereka berkomunikasi, membuat keputusan terkait keuangan, atau upaya mencari solusi yang sering kali diperoleh secara digital. Generasi Z juga dapat dikatakan sebagai generasi global yang terhubung secara sosial, visual, dan teknologi tanpa ada batasan teritorial.

Banyak literatur yang mengistilahkan Generasi Z sesuai dengan sifat dan perilaku mereka. Namun pertanyaannya, apakah mereka tertarik datang ke TPS untuk memilih wakil rakyat atau presiden? Apakah mereka akan mempertimbangkan siapa calon wakil rakyat atau presiden yang akan dipilihnya? Apakah mereka dititipi pesan dari orangtua mereka untuk memilih salah satu calon? Apakah pilihan itu untuk mendukung kepentingan orang tua mereka?

Dalam politik, memberikan suara yang sah dalam pemilu itu termasuk bentuk partisipasi politik. Namun secara psikologis, pemilih pemula ini adalah golongan remaja yang siap memasuki tahap dewasa dimana bisa saja cenderung mudah dipengaruhi. Studi pada pemilih di Inggris selama 40 tahun terakhir menunjukkan perilaku pemilih pemula dipengaruhi latar belakang orangtua mereka di masa muda (Beck & Jennings, 1982).

Meskipun keterlibatan politik mereka pelajari baik di dalam maupun di luar sekolah, keterlibatan politik kaum muda di Inggris teridentifikasi sangat rendah. Terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang beruntung. Peran akses terhadap pembelajaran politik diidentifikasi sebagai faktor penting dalam proses ini (Hoskins & Janmaat, 2019).

Sedangkan di Amerika, perkembangan sikap dan perilaku politik di antara sampel besar siswa sekolah menengah atas dan orang tua mereka tidak menunjukkan perubahan signifikan sejak studi pertama dilakukan Kent Jennings dan Richard Niemi pada 1965. Keterlibatan politik mahasiswa bahkan menurun jika dibandingkan non mahasiswa pada usia sama. Padahal periode ini merupakan masa perubahan yang bermakna dan terpola dalam sikap dan perilaku masyarakat.

Bagaimana dengan anak muda Indonesia? Apakah peran orangtua akan berpengaruh dalam menentukan pilihan politik mereka seperti di Inggris? Atau memiliki sikap seperti anak muda Amerika? Sebagai generasi internet, tentunya mereka akan lebih leluasa untuk mencari informasi terkait keterlibatan pada praktik demokrasi pertama mereka.

Pemerintah melalui Bawaslu telah mensosialisasikan pemilu pada pemilih muda hingga pelosok tanah air. Bukan hanya soal partisipasi politik mereka, melainkan juga bagaimana memilih calon wakil rakyat dan presiden tanpa paksaan dari siapapun.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah isu-isu yang akan dikampanyekan calon wakil rakyat atau presiden itu akan sesuai dengan minat mereka? Apakah sistem kampanye yang masih menggunakan spanduk dan poster yang ditempelkan di pohon atau meramaikan jalan raya masih menarik perhatian pemilih pemula untuk mengenal calon wakil rakyat dan presiden mereka? Semuanya akan dibuktikan melalui antusiasme mereka dalam mengikuti debat presiden hingga berjalan ke TPS pada 14 Februari nanti. (Isni Hindarto/Pemerhati Komunikasi Politik)

KEYWORD :

Pilpres 2024 Pemilu Generasi Z Milenial KPU




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :