Selasa, 14/05/2024 21:32 WIB

4 Fakta Mencengangkan Seputar Konflik Palestina vs Israel

Sekelompok orang yang menamakan diri Anak Abu Jandal (Sons of Abu Jandal) melakukan percobaan pembunuhan terhadap Presiden Palestina, Mahmoud Abbas

Asap mengepul saat pengungsi Palestina berlindung di rumah sakit Al Shifa di Kota Gaza, 8 November 2023 (Foto: Reuters)

Jakarta, Jurnas.com - Perang antara Palestina dan Hamas di Gaza masih terus berlangsung hingga hari ini. Kedua belah pihak belum menunjukkan tanda-tanda akan menyudahi konflik, yang menyebabkan belasan ribu orang termasuk anak-anak meninggal dunia.

Dunia bereaksi. Sebagian besar negara-negara PBB mendesak Israel segera melakukan gencatan senjata. Saran itu ditolak mentah-mentah oleh Israel dan Amerika Serikat (AS).

Perang darat dan udara terus berlangsung. Yang terbaru, Rumah Sakit Indonesia di Palestina digempur oleh pasukan Israel, dengan dalih menjadi tempat persembunyian kelompok Hamas.

Di balik peperangan ini, terdapat sejumlah fakta yang kerap luput dari masyarakat, sebagaimana dikutip dari kanal Youtube `Humansofmideast` dan `DCM Global`.

Berikut ini 4 fakta mencengangkan konflik Palestina vs Israel:

1. Kedua Negara Pernah Damai

30 tahun lalu, Palestina dan Israel berjabat tangan. Kedua negara yang masing-masing diwakili oleh Yitzhak Rabbin sebagai Perdana Menteri Israel, dan Yasser Arafat selaku Pemimpin Palestina sepakat melakukan perdamaian dan diabadikan dalam sebuah traktat (peace treaty).

Momentum ini mendapatkan sambutan hangat dari seluruh dunia. Bahkan, Yitzhak Rabbin dan Yasser Arafat memperoleh nobel perdamaian atas upaya mendamaikan kedua negara. Namun, ini tidak berlangsung lama. PM Israel dibunuh oleh seorang ekstrimis. Situasi ini dimanfaatkan oleh ekstrimis Palestina untuk kembali berperang. Hingga pada akhirnya kesepakatan damai ditangguhkan.

"Kisah ini sangat menyedihkan, namun juga menyimpan harapan penuh, bahwa sebagian besar warga Israel dan Palestina ingin berdamai," demikian bunyi video di kanal `Humansofmideast`.

2. Percobaan Pembunuhan Terhadap Mahmoud Abbas

Pada 5 November 2023 lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Anthony Blinken melakukan kunjungan ke Tepi Barat, dan bertemu dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Kunjungan ini disambut oleh aksi protes yang menilai AS mendukung Israel untuk menduduki Gaza.

Dalam pertemuan itu, Abbas meminta Blinken merayu Israel supaya menghentikan serangan di Gaza. Namun, berita yang muncul setelah ialah tuduhan bahwa Abbas meminta bantuan Israel di Gaza untuk mengalahkan Hamas, dengan bantuan Otoritas Palestina (PA).

Tak lama setelah kabar ini muncul, sekelompok orang yang menamakan diri Anak Abu Jandal (Sons of Abu Jandal) memberikan tempo waktu 24 jam kepada Presiden Abbas, supaya menyerang Israel. Ancaman ini diabaikan oleh sang presiden. Walhasil, Presiden Abbas diserang saat sedang melakukan konvoi, dan serangan berhasil digagalkan oleh para pengawal. Warga sempat bingung dan menyangka penyerangan itu dilakukan oleh Israel.

Kelompok Sons of Abu Jandal mengakui serangan gagal ini. Terungkap setelahnya bahwa perintah membunuh Abbas merupakan instruksi langsung dari Hamas. Alasannya, karena Abbas dinilai sudah bekerja sama dengan Israel dan AS.

"Abbas juga dianggap membocorkan informasi pintu masuk gudang senjata Hamas serta terowongan bawah tanah Hamas," demikian bunyi video `DCM Global`.

3. Konflik antara Sesama Militer Palestina

Pasca percobaan pembunuhan, hubungan antara PA dan Hamas bergejolak. Dalam beberapa hari terakhir, muncul sejumlah gambar yang menunjukkan puluhan tentara bersenjata saling serang di dalam Gaza.

Salah satu kelompok diidentifikasi sebagai Brigade Al-Qassam milik Hamas, sedangkan gambar lainnya tentara Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang terafilisasi ke PA.

PLO merupakan organisasi yang resmi berdiri pada 2 Juni 1964 di Kairo, Mesir, dalam Rapat Umum perdana Liga Arab. Organisasi ini dikhusukan memberikan dukungan intensif terhadap Presiden Mesir era Gamal Abdul Naseer, juga melatih warga Palestina melakukan pertempuran.

Kini, PLO yang berada di bawah kepemimpinan Abbas, siap berperang melawan Hamas di Gaza. Bagi Abbas, Hammas harus dihancurkan guna menghindari terjadinya konflik berdarah serupa di kemudian hari.

4. Warga Yahudi Mulai Mempersenjatai Diri

Di tengah perang yang bergejolak, warga Israel mulai mempersenjatai diri. Menteri Keamanan Nasional Israel, Ben Gvir, bahkan membagikan paket senjata kepada para pemukim Yahudi untuk mempertahankan diri.

Di awal-awal peperangan, muncul laporan bahwa jumlah warga Yahudi yang mengajukan permohonan lisensi senjata, meningkat tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya.

KEYWORD :

Palestina Israel Fakta Mencengangkan Konflik




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :