Jum'at, 03/05/2024 17:20 WIB

Singapura dan Indonesia Kutuk Serangan Bersenjata atas Konvoi ASEAN di Myanmar

Singapura mengatakan dua staf dari kedutaan besarnya di Yangon adalah bagian dari konvoi yang diserang pada Minggu, dan telah kembali dengan selamat ke kota itu.

Myanmar terjerumus ke dalam krisis sejak para jenderal menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari 2021 (File: AP Photo)

JAKARTA, Jurnas.com - Singapura dan Indonesia mengutuk serangan terhadap konvoi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang mengantarkan bantuan kemanusiaan di Negara Bagian Shan, Myanmar.

Singapura mengatakan dua staf dari kedutaan besarnya di Yangon adalah bagian dari konvoi yang diserang pada Minggu, dan telah kembali dengan selamat ke kota itu.

"Singapura mengutuk serangan ini," kata Kementerian Luar Negeri Singapura dalam sebuah pernyataan pada Senin (8/4) malam, seperti dikutip dari Channel News Asia.

"Sangat penting untuk menjaga keselamatan personel kemanusiaan dan diplomatik, untuk memastikan bahwa mereka dapat melanjutkan operasi mereka dan memberikan bantuan yang diperlukan kepada mereka yang membutuhkan," sambungnya.

Tidak jelas siapa yang berada di balik serangan itu, yang menurut Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) terjadi ketika para pejabat sedang dalam perjalanan untuk menyerahkan bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut. Konvoi itu berada di bawah pengawalan militer pada saat itu.

"Kemarin, AHA Center didampingi tim monitoring ASEAN akan menyerahkan bantuan kemanusiaan, tapi sangat disayangkan, di tengah perjalanan terjadi baku tembak-menembak," kata Jokowi dalam konferensi pers di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (8/5).

"Yang ingin saya tegaskan, bahwa hal ini tidak akan menyurutkan tekad ASEAN dan Indonesia untuk menyerukan kembali hentikan kekerasan, stop using force, stop violence. Karena rakyat yang akan menjadi korban, karena kondisi ini tidak akan membuat siapa pun menang," imbuhnya.

Global New Light of Myanmar yang dikelola negara melaporkan pada hari Selasa bahwa serangan itu terjadi saat kendaraan sedang menuju dari Hsihseng ke Taunggyi dan bahwa teroris menembak mereka dengan senjata kecil dan pasukan keamanan melancarkan serangan balik.

Laporan itu mengatakan tidak ada yang terluka, tetapi beberapa peluru merusak kendaraan. Militer menggunakan kata "teroris" untuk menggambarkan semua yang menentang kekuasaannya.

Indonesia minggu ini menjadi tuan rumah KTT ASEAN di Labuan Bajo timur dengan kelompok beranggotakan 10 negara Asia Tenggara di bawah tekanan yang meningkat atas kegagalannya berbuat lebih banyak untuk menyelesaikan krisis di Myanmar yang dipicu oleh kudeta Februari 2021.

Militer telah mengabaikan apa yang disebut Konsensus Lima Titik yang disetujui oleh pemimpin kudeta Min Aung Hlaing dengan ASEAN pada April tahun itu, dan memerangi kelompok perlawanan bersenjata serta organisasi bersenjata etnis yang telah lama berdiri dalam situasi yang oleh beberapa orang digambarkan sebagai perang saudara.

Ribuan telah terbunuh, dan lebih dari satu juta warga sipil terpaksa mengungsi. "Singapura mendesak semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan, sesuai dengan Konsensus Lima Poin," lanjut pernyataan Singapura.

"Hanya dialog konstruktif di antara semua pemangku kepentingan utama di Myanmar yang dapat memfasilitasi solusi damai untuk kepentingan rakyat Myanmar," sambungnya.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) juga menyatakan keprihatinannya atas insiden tersebut.

"Serangan di Negara Bagian Shan ini terjadi karena kekerasan rezim dan pengabaian aturan hukum telah menyebabkan ketidakstabilan yang lebih besar di lapangan, sementara rezim terus mengabaikan komitmennya di bawah Konsensus Lima Poin ASEAN, termasuk menghentikan kekerasannya dan memungkinkan akses kemanusiaan tanpa hambatan," kata juru bicara departemen Matthew Miller.

Pernyataan tersebut mendesak militer untuk menghormati aspirasi demokrasi dari orang-orang yang telah menunjukkan bahwa mereka tidak ingin hidup sehari lagi di bawah tirani militer dan mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum humaniter internasional, termasuk aturan tentang perlindungan personel diplomatik dan warga sipil.

Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), yang dibentuk oleh pejabat terpilih yang digulingkan dalam kudeta, juga mengutuk insiden tersebut dengan mengatakan serangan semacam itu "bertentangan" dengan prinsipnya.

"Serangan ini tidak diperintahkan atau dimaafkan oleh NUG atau mitranya," katanya dalam sebuah pernyataan. NUG telah membentuk jaringan Pasukan Pertahanan Rakyat untuk melawan kekuasaan militer.

Sumber: Al Jazeera

KEYWORD :

Konvoi ASEAN di Myanmar Singapura Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :