Selasa, 30/04/2024 07:23 WIB

Kepala BKKBN Ungkap Tiga Penyumbang Angka Kematian Ibu

Penyebab tingginya angka kematian ibu juga adalah anemia. Menurut Hasto, saat ini masih ada sekitar 36 persen remaja putri Indonesia yang mengalami anemia. 

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo. (Foto:Humas BKKBN/Jurnas.com)

JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan, ada korelasi kuat antara tingginya angka rata-rata seorang perempuan melahirkan anak (Total Fertility Rate/TFR) dengan kematian ibu dan bayi.

Hal itu dia sampaikan di sela-sela Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Kemitraan 2023 dengan tema `Sinergitas Implementasi Kegiatan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja`, yang berlangsung di Jakarta, Selasa (7/3).

"Tadi sudah saya presentasikan, semakin daerah jumlah anaknya banyak semakin kematian ibunya tinggi. Jawaban saya ,ya, memang berkorelasi antara jumlah anak dengan kematin ibu dan kematian bayi," tutur Hasto.

Penyebab tingginya angka kematian ibu juga adalah anemia. Menurut Hasto, saat ini masih ada sekitar 36 persen remaja putri Indonesia yang mengalami anemia. 

"Kemudian kalau mereka menikah dalam kondisi anemia anaknya stunting. (Itu juga menyebabkan) kematin ibu meningkat. Kalau anemia perdarahan cepat tidak tertolong," kata spesialis Obstetri-Ginekologi Konsultan Ginekologi Onkologi itu.

Di samping itu, lanjut Hasto, menikah terlalu muda (di bawah 20 tahun) dan menikah terlalu tua (di atas 35 tahun) juga berkontribusi terhadap meningkatnya angka kematian ibu.

"Kawin mudah panggulnya masih sempit nggak bisa lahiran itu ,ya, kematina ibu. Terlalu tua (umur di atas 35 tahun ) masih pengen hamil itu juga menyebabkan kematian ibu," kata Hasto.

Hasto mencatat, anggka kematian ibu di Indonesia saat ini sudah turun signifikan, yakni 189/100.000 kelahiran hidup. Meski begitu, angka tersebut masih cukup besar untuk mencapai target 70/100.000 per kelahiran hidup pada tahun 2030.

"Kita masih punya waktu lumayan tujuh tahun untuk menurunkan ke 70/100.000. Sehingga, BKKBN masih harus bekerja keras untuk supaya derah-daerah TFR tinggi harus diturunkan," tutur Hasto. 

Untuk diketahui, jumlah kehamilan tahun 2022 masih mendekati angka tahun 2021 yaitu 8,884.711. Dari jumlah tersebut yang lahir hidup sebanyak 4.438.141 dan yang lahir mati sebanyak 22.257.

Provinsi dengan angka kehamilan tertinggi diduduki Jawa Barat (897.215), Jawa Timur (592.735), Jawa Tengah (345.961), Sumatera Utara (305.910), Banten (245.304), dan DKI Jakarta (181.437).

"Jadi, Indonesia kalau hamil kita masih juara 8,4 juta dan Jawa Barat paling tinggi, Jawa Timur, Jawa Tengah, sehingga kita masih harus berusaha keras karena setiap tahun sama dengan kita melahirkan satu negara baru Singapura," imbuh Hasto

KEYWORD :

Total Fertility Rate Angak Kematian Ibu Stunting Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :