Minggu, 05/05/2024 11:39 WIB

Presiden Ebrahim Raisi Sebut Negara Ini Jadi Dalang Keracunan Siswi di Iran

Serangan racun misterius di lebih dari 30 sekolah di setidaknya empat kota dimulai pada November di kota suci Qom, Iran, mendorong beberapa orang tua untuk mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah.

Dalam file foto ini diambil pada 06 Juni 2021 calon presiden Iran Ebrahim Raisi memberi isyarat selama kampanye pemilihan umum di kota Eslamshahr. (AFP)

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden Iran, Ebrahim Raisi menyalahkan gelombang peracunan ratusan siswi di seluruh negeri pada musuh Teheran.

Serangan racun misterius di lebih dari 30 sekolah di setidaknya empat kota dimulai pada November di kota suci Qom, Iran, mendorong beberapa orang tua untuk mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah.

Raisi, berbicara kepada orang banyak di Iran selatan pada hari Jumat dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi pemerintah, menyalahkan musuh Iran atas keracunan itu.

"Ini adalah proyek keamanan untuk menimbulkan kekacauan di negara dimana musuh berusaha menanamkan rasa takut dan ketidakamanan di antara orang tua dan siswa," katanya.

Dia tidak mengatakan siapa musuh-musuh itu, meskipun para pemimpin Iran biasanya menuduh Amerika Serikat (AS) dan Israel, antara lain, bertindak menentangnya.

Secara terpisah, pejabat senior Iran mengatakan sebuah kapal tanker bahan bakar yang ditemukan di sebelah sebuah sekolah di pinggiran Teheran dan yang juga terlihat di dua kota lain mungkin terlibat dalam peracunan.

Wakil Gubernur Pinggiran Kota Pardis, Reza Karimi Saleh mengatakan, pihak berwenang menyita kapal tanker itu dan menangkap pengemudinya. Saleh adalah pejabat pemerintah pertama yang melaporkan penangkapan sehubungan dengan gelombang keracunan.

Dia mengatakan kapal tanker yang sama juga pernah ke Qom dan Borujerd, di Provinsi Lorestan di Iran barat, di mana para siswa juga menderita keracunan. Dia tidak merinci.

"Penjaga di tempat parkir tempat truk tangki bahan bakar diparkir juga mengalami keracunan," kata Saleh merujuk pada situs Pardis.

Di Jenewa, kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat  menyerukan penyelidikan transparan atas serangan tersebut.

"Kami sangat prihatin dengan tuduhan bahwa anak perempuan sengaja dijadikan sasaran dalam keadaan yang tampaknya misterius," kata Ravina Shamdasani, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, dalam sebuah pengarahan.

Dia mengatakan temuan penyelidikan pemerintah harus dipublikasikan dan para pelakunya dibawa ke pengadilan.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock mengatakan laporan itu mengejutkan dan harus diselidiki sepenuhnya. "Anak perempuan harus bisa pergi ke sekolah tanpa rasa takut," kata Baerbock di Twitter.

"Ini tidak kurang dari hak asasi mereka. Semua kasus harus diselidiki sepenuhnya," sambung dia.

Beberapa politisi Iran mengatakan, siswi-siswi tersebut mungkin menjadi sasaran kelompok agama yang menentang pendidikan anak perempuan.

Unggahan media sosial penuh dengan foto dan video gadis-gadis yang dirawat di rumah sakit. Beberapa mengatakan mereka mual dan menderita jantung berdebar-debar. Lainnya mengeluh sakit kepala atau jantung berdebar-debar. Pos tidak dapat diverifikasi.

Para siswi juga mengambil bagian dalam protes anti-pemerintah yang dipicu oleh kematian seorang wanita Iran-Kurdi September lalu. Mereka telah melepas jilbab wajib mereka di ruang kelas, merobek foto Pemimpin Tertinggi Ali Hosseini Khamenei dan menyerukan kematiannya.

Dalam satu video daring tahun lalu, siswi terlihat melambai-lambaikan jilbab mereka di udara dan mengejek anggota pasukan paramiliter Basij Iran.

Sumber: Al Jazeera

KEYWORD :

Iran Ebrahim Raisi Keracunan Siswa




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :