Senin, 29/04/2024 13:59 WIB

China dan Belarusia Serukan Gencatan Senjata Perang Rusia-Ukraina

Kedua pemimpin mengeluarkan pernyataan bersama pada Rabu (1/3) di mana mereka menyatakan keprihatinan yang mendalam tentang perkembangan konflik bersenjata di kawasan Eropa.

Dalam gambar yang diambil dari rekaman video yang dijalankan oleh CCTV China, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, kiri, berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping selama upacara penyambutan yang diadakan di Aula Besar Rakyat, di Beijing, 1 Maret 2023. (CCTV via AP)

JAKARTA, Jurnas.com - Presiden China, Xi Jinping dan timpalannya dari Belarusia, Alexander Lukashenko telah menyerukan gencatan senjata dan negosiasi untuk menghasilkan penyelesaian politik atas konflik Ukraina pada pembicaraan di Beijing.

Kantor berita Belarusia Belta, kedua pemimpin mengeluarkan pernyataan bersama pada Rabu (1/3) di mana mereka menyatakan keprihatinan yang mendalam tentang perkembangan konflik bersenjata di kawasan Eropa dan kepentingan ekstrim dalam pembentukan perdamaian sesegera mungkin di Ukraina.

"Belarus dan China tertarik untuk mencegah eskalasi krisis dan siap melakukan upaya untuk memulihkan perdamaian dan ketertiban kawasan,” tambahnya.

KTT mereka mempertemukan dua pemimpin asing yang paling diandalkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin saat pasukannya berjuang untuk mencapai tujuan invasi yang telah berlangsung setahun.

Beijing menjadi semakin vokal dalam menyerukan perdamaian karena konflik Ukraina berlarut-larut, dan membantah akan memberikan senjata ke Moskow setelah pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan China sedang mempertimbangkan untuk melakukannya.

Pekan lalu, ia mengeluarkan makalah 12 poin yang menyerukan gencatan senjata komprehensif di Ukraina yang sebagian besar merangkum sikap China sebelumnya dan ditanggapi dengan skeptis di Barat.

Dalam komentar yang disiarkan televisi, Xi mengatakan China sangat ingin memperkuat kepercayaan dan kerja sama dengan Belarus "mengingat ketidakstabilan dan pergolakan situasi internasional".

"negara-negara terkait harus berhenti mempolitisasi dan menggunakan ekonomi dunia sebagai alat mereka, dan mengambil langkah-langkah yang benar-benar memajukan gencatan senjata dan berhenti berperang serta menyelesaikan krisis secara damai," tambahnya.

Lukashenko mengatakan pertemuan itu berlangsung "dalam waktu yang sangat rumit" dan diperlukan untuk mencegah "penurunan yang tidak terkendali ke dalam konfrontasi global yang tidak memiliki pemenang".

Dia mengatakan Xi, dalam rencana perdamaiannya, telah dengan jelas, secara definitif, secara tegas menyatakan ini kepada komunitas internasional.

"Inilah mengapa Belarus secara aktif mengajukan proposal perdamaiannya, dan secara komprehensif mendukung insentif Anda untuk keamanan internasional," tambahnya.

China telah lama memiliki hubungan dekat dengan Lukashenko, dan setelah pembicaraan mereka, kedua pemimpin mengawasi penandatanganan serangkaian perjanjian kerja sama di berbagai bidang mulai dari pertanian hingga penegakan bea cukai dan olahraga.

Namun, perjalanan pemimpin Belarusia itu juga menggambarkan kedalaman hubungan Beijing dengan pemimpin Rusia Putin dan sekutunya.

China mengatakan pihaknya adalah pihak netral dalam konflik tersebut dan telah mempertahankan kontak dengan pemerintah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang dengan hati-hati menyambut keterlibatan Beijing, tetapi mengatakan kesuksesan akan bergantung pada tindakan, bukan kata-kata.

Meskipun demikian, China mengatakan memiliki persahabatan tanpa batas dengan Rusia dan menolak untuk mengkritik invasi Moskow, atau bahkan menyebutnya demikian.

Ia menuduh AS dan NATO memprovokasi konflik dan mengipasi api dengan menyediakan senjata pertahanan kepada Ukraina, sementara juga mengutuk sanksi yang dijatuhkan terhadap Rusia dan entitas yang dianggap membantu upaya militernya - termasuk perusahaan China.

Belarus berbagi perbatasan dengan Ukraina dan Rusia, tetapi secara finansial dan politik bergantung pada pemerintahan Putin. Pemerintah Lukashenko sangat mendukung Moskow dan mengizinkan wilayah Belarusia digunakan sebagai tempat persiapan untuk invasi awal ke Ukraina setahun yang lalu.

Rusia telah mempertahankan kontingen pasukan dan senjata di Belarusia dan kedua tetangga serta sekutu itu melakukan latihan militer bersama.

Sikap ini membuat Lukashenko semakin terisolasi di Eropa, di mana negaranya menghadapi sanksi dari Uni Eropa untuk perannya dalam perang dan penindasan Lukashenko terhadap oposisi domestik.

China juga memiliki hubungan panjang dengan Lukashenko, yang telah menjadi satu-satunya presiden Belarus sejak posisi itu dibuat pada tahun 1994. Dia secara brutal menekan protes tahun 2020 terhadap pemilihannya kembali yang disengketakan dalam pemungutan suara yang dianggap curang oleh oposisi dan negara-negara Barat.

KEYWORD :

Hubungan Belarusia China Xi Jinping Alexander Lukashenko Perang Rusia Ukraina Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :