Senin, 29/04/2024 13:15 WIB

Lewat Bertani on Cloud, Kementan Bangun Ekosistem Teh di Indonesia

Lewat Bertani on Cloud, Kementan Bangun Ekosistem Teh di Indonesia

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi memberikan arahan pada acara Bertani on Cloud (BOC) dengan tema Agribisni Tanaman Teh, Jakarta, Kamis (5/1).

JAKARTA, Jurnas.com - Teh hingga kini masih menjadi komoditas unggulan dari sektor perkebunan selain kelapa kelapa sawit, yang berkontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB). Teh Indonesi sendiri sudah lama melanglang buana ke mancanegara.

Di beberapa kesempatan, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengajak masyarakat untuk memperkuat sinergi membangun sektor perkebunan di Indonesia.

"Masalah perkebunan adalah masalah bangsa, yang harus secara bersama-sama kita bangun, harus saling bahu membahu, agar kita mampu menghadirkan perkebunan Indonesia yang lebiih akseleratif, lebih baik dan berkelanjutan," ujar Mentan SYL.

Kolaborasi dan kerja sama yang kuat, lanjut Mentan Syahrul, akan mendorong pembangunan sektor perkebunan yang dipastikan akan berdampak pada pembangunan perekonomian nasional.

"Perkebunan itu adalah penyumbang terbesar ekspor kita. Sawit sebagai komoditas di bawah perkebunan, merupakan komoditas andalan dan komoditas unggulan ekspor. Oleh karena itu, kita harus memastikan adanya langkah-langkah pasti dalam mengelolanya," ucap dia.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, komoditas perkebunan memiliki keunggulan komparatif, sehingga menjadi incaran negara-negara Eropa sejak dahulu.

"Sejak Kerajaan Pajajaran, bahkan zaman Kerajaan Tarumanegara, kita sudah menunjukkan mampu menjual belbagai komoditas perkebunan kita kepada para pedangan dari Eropa," kata Dedi pada acara Bertani on Cloud (BOC) dengan tema `Agribisni Tanaman Teh`, Jakarta, Kamis (5/1).

Meski demikian, Dedi menilai bahwa keunggulan komparatif secara geografis yang dimiliki saat ini belum cukup untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan kontinuitas sektor perkebunan tanpa dukungan inovasi dan teknologi.

"Sekali lagi keunggulah komparatif itu belum cukup. Kita harus terobos dengan belbagai keunggulan yang lain terutama dalam hal inovasi teknologi. Berbicara inovasi dan teknologi tentu yang pertama adalah benih dan bibit. Itu yang harus kita kuasai," ucap Dedi.

Dikatakan Dedi bahwa benih dan bibit adalah cikal bakal pertanian. "Kalau benih dan bibitnya bermutu dan berkualitas, maka produk pertaniannya pasti bermutu berkualitas, tapi sebaliknya kalau benih dan bibitnya ala kadarnya pasti hasilnya juga ala kadarnya," kata dia.

Ketua Umum Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI), Muhammad Syakir menuturkan, BPPSDMP melihat dengan jeli bahwa salah satu komoditas perkebunan yang perlu didorong agar memiliki keunggulan komparatif bagi Indonesia dan dunia adalah komoditas teh.

"Indonesia termasuk penghasil teh di dunia. Jadi, kita terus berupaya bagaimana agar bisa meningkatkan keunggulan komparatif, sehingga peringkat penghasil teh dunia Indonesia bisa meningkat. Sekarang ini kita berada di poisis 6," kata dia.

Dia mengatakan, peluang untuk meningkatkan produktivitas teh nasional, yang saat ini hanya 1 ton per hektare masih sangat terbuka dengan memperbaiki varietas terlebih dahulu.

"Salah satu pengungkit strategis itu adalah aspek ilmu agronomi, ilmu teknologi budidaya. Kita perlu memperbaiki varietasnya yang lebih baik. Kenapa perlu diperbaharui, mengadopsi dan mengembangkan viertas teh yang baru? karena terjadi pergesaran," kata dia.

"Dulu di puncak ini sangat dingit sekali, sekarang ini sudah ada peningkatan suhu. Setiap ada peningkatan suhu 1 derajat akan menurunkan produktivitas tanaman teh," sambungnya.

Founder Sila Agri Inovasi, Iriana Ekasari mengatakan, citra teh Indoneia di luar negeri dan dalam negeri sendiri berkualitas rendah. Karena itu, perlu adanya edukasi terhadap konsumen.

"Jadi, apa yang kami lakukan sesungguhnya mengubah tidak hanya fokusnya pada budidaya tetapi juga kebudaya karena di mana-mana negara peminum teh terbesar itu tumbuh dari budaya minum teh yang baik, benar, dan sehat. Karena itu, ini yang harus kita bangun di Indonesia," ucap dia.

Dia mengatakan akan membangun eksosistem baru, yang dapat menghubungkan pasar secara langsung ke titik produksi teh di Indonesia. Ekosistem ini akan menjadi platform yang dapat mengapresiasi petani dari pohon tehnya," kata dia.

"Jadi, nanti ketika kita scan pada kaleng teh itu akan terlihat kapan kebun teh ini dipupuk terakhir kali dan dipetik. Itu akan menjadi informasi yang diperoleh oleh orang yang minum teh," kata dia.

Di samping itu, saluran penjualan teh juga tidak mungkin lagi dilakukan dengan cara lama. "Di ekosistem baru tempat meminum teh bisa berbagai tempat selain orang beli di supermarket dan dikonsumsi di rumah karena momen minum bisa di mana saja," ujar dia.

Oleh karena itu, target konsumen untuk teh ini dikhususkan generasi milenial ke bawah yang mereka minum teh tidak hanya di rumah dan populasi mereka saat ini sangat luar bisa. "Di Indonesia kalau digabung lebih dari separuh Indonesia ini sudah milenial dan zilenial," ucap dia.

KEYWORD :

Bertani on Cloud Teh Indonesia Dedi Nursyamsi Kementerian Pertanian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :