Kamis, 16/05/2024 17:24 WIB

Kampus Mengajar Potret Rendahnya Literasi Siswa di Bengkulu

Kampus Mengajar Potret Rendahnya Literasi Siswa di Bengkulu

Perwakilan rektorat dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu bersama tim presstour Kemdikbudristek (Foto: Muti/Jurnas.com)

Bengkulu, Jurnas.com - Rendahnya kemampuan literasi peserta didik di sejumlah daerah terpencil di Bengkulu, berhasil dipotret oleh program Kampus Mengajar. Hal ini diungkapkan oleh Dosen Pembimbing Lapangan Program Kampus Mengajar Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), Rossa Ayuning.

Rossa mengatakan, berdasarkan laporan mahasiswa UMB yang mengikuti program Kampus Mengajar, masih banyak ditemukan siswa di akhir jenjang SD dan siswa SMP yang belum bisa membaca dan berhitung. Kasus ini banyak ditemukan di daerah-daerah terpencil di Bengkulu.

"Banyak sekali pengalaman mahasiswa dalam hal numerasi dan literasi, di antaranya banyak siswa sekolah kelas 4 atau 5 SD tapi belum bisa membaca dan berhitung," ungkap Rossa di sela-sela kegiatan Press Tour Praktik Baik Merdeka Belajar Kampus Merdeka di UMB, Bengkulu pada Rabu (30/11).

Program Kampus Mengajar di Universitas Muhammadiyah Bengkulu saat ini sudah mencapai lima angkatan. Total sudah 195 mahasiswa dan 93 dosen yang mengikuti program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) ini.

Tidak sekadar mengajar, mereka yang mengikuti program Kampus Mengajar juga melakukan sejumlah kegiatan, antara lain perbaikan perpustakaan, bimbingan terhadap peserta didik yang belum bisa membaca dan berhitung, pelatihan terkait media dan bahan ajar, hingga pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran.

"Untuk yang belum bisa baca membaca dan berhitung, mereka (mahasiswa) benar-benar meluangkan waktu khusus setelah pulang sekolah, atau siswa yang tinggal tidak jauh dari sekolah yang mendatangi mahasiswa untuk belajar," ujar Rossa.

Ameliani Rahma, mahasiswa UMB Program Studi Pancasila dan Kewarganegaraan ini juga punya cerita yang hampir senada. Menjalani program Kampus Mengajar di Aceh selama tiga bulan, Ameliani Rahma Sartika menemukan masih ada siswa kelas 8 SMP belum bisa membaca abjad.

Membimbing para siswa ini juga tak mudah. Dia mengaku kesulitan agar siswa yang belum bisa membaca abjad ini berkomitmen untuk mengikuti pelajaran tambahan darinya.

"Akhirnya kami bimbing mereka yang belum bisa abjad. Setelah kami bimbing, ada yang bisa. Tapi banyak juga yang kabur, datang cuma hari pertama," kata Ameliani.

Sementara itu, Wakil Rektor I UMB, Kasmiruddin mengapresiasi program Kampus Mengajar yang merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Menurut dia, kegiatan ini berguna untuk mengasah hard skill dan soft skill mahasiswa sebelum memasuki dunia profesi.

"Itu (kemampuan) sangat bermanfaat ketika mereka terjun ke masyarakat. Skill ini bisa saja di profesi nanti tidak sesuai dengan jurusan di kuliah itu," tutup Kasmiruddin.

KEYWORD :

Kampus Mengajar Literasi Kemdikbudristek Universitas Muhammadiyah Bengkulu




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :