Jum'at, 26/04/2024 16:30 WIB

Kementan: Pertanian Adalah Bisnis yang Tak Kenal Waktu

Kementan: Pertanian Adalah Bisnis yang Tak Kenal Waktu.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi saat membuka Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Volume IV 2022, yang bertema Wirausaha Pertanian, Jakarta, Selasa (22/11).

JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar pelatihan Smart Farming berbasis Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Selasa (22/11). Kegiatan ini digelar bersamaan dengan Pelatihan Sejuta Petani dan "Penyuluh dengan Wirausaha Pertanian".

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo yang hadir membuka pelatihan tersebut secara online menyampaikan bahwa pertanian adalah bisnis yang tidak mengenal waktu.

"Kalau genteng bocor tambalnya bisa ditunda, tapi kalau makan nggak boleh ditunda. Tiga jam nggak makan kamu akan loyo. Olah karena itu, pertanain adalah bisnis yang tidak mengenal waktu setiap saat," kata Mentan.

Mentan juga mengatakan, pemerintah telah menyiapkan KUR pertanian dengan subsidi bunga dari pemerintah, sehingga penerima fasilitas KUR hanya membayar bunga yang sangat rendah. "Sekarang kita sudah keluarkan uang dari bank Rp 103 triliun. Silakan diserap," kata ajak Mentan.

Mentan mengakui bahwa peran KUR sangat signifikan dalam menjaga pertumbuhan pertanain dalam dua setengah tahun Indonesia dibantai pandemi covid-19, climate change, dan perang Rusia dan Ukraina.

"Pertanian itu kamu bisa bisniskan mulai dari budidayanya hingga pasca panennya. Yang saya butuhkan dari petani melalui pelatihan ini adalah kemauan, tekad, dan semangat," kata Mentan.

Mentan juga menyampaikan bahwa menghadapi tantangan perubahan ke depan bukan lagi dengan cara-cara klasik. Melainkan dengan metode yang lebih modern salah satunya smart farming.

"Perkembangan ke depannya yang membuat lahan semakin sempit, jumlah penduduk semakin besar, dan lainnya mengharuskan penggunakan teknologi yang smart," kata Mentan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menyampaikan, paling tidak ada tiga jurus jitu untuk membangun wirausaha pertanian. Pertama, smart farming, yakni pertanian yang dilakukan dengan cara-cara cerdas dan dilakukan oleh orang-orang cerdas.

"Oleh karena itu, saya yakin bahwa dengan smart farming produktivitas bisa kita genjot, kualitas bisa kita perbaiki, dan kontinuitas produk bisa kita jamin," kata Dedi.

Lebih detail disebutkan Dedi bahwa di dalam smart farming ada pemanfaatan produk biosains, bioteknologi, biofertilizer, biopestisida. Sebagai contoh pemanfaatan high yiedling variety (varietas yang berpotensi hasil tinggi).

"Ingat, pertanian itu dimulai dari benih dan dari varietas yang berpotensi hasil tinggi. Kalau bibit dan benihnya asal-asalan apalagi hoaks, maka pasti hasilnya juga hoaks. Kalau kalian mau bertani, maka pastikan dulu benihnya berkualitas dan berpotensi produktivitas tinggi," kata Dedi.

Di dalam smart farming juga ada pemanfaatan alsintan. Di samping itu, ada pemanfaatn Internet of Things, Big data, Artificial intelligence (AI), Robot construction, dan Sensor.

"Kita sekarang sudah memasuki era 4.0, dimana segala sesuatunya otomatis, segalanya sesuatunya menggunakan internet dari hulu hingga hilir. Dari hulu memilih benih dan bibit yang berkualitas cukup menggunakan robot. Berbicara mengenai ukuran benih, robot bisa menyeleksi benih yang bagus," kata Dedi.

"Bahkan sekarang irigasi juga bisa dihubungkan dengan Iot. Putra-putri Indonesia sekarang bahkan sudah mampu membuat Smart Irrigation System untuk usaha tani cabai dan sayur-sayuran lainya," sambungnya.

Selanjutnya adalah memanfaatkan KUR, yang didedikasikan pemerintah kepada seluruh pelalu Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), termasuk petani dengan bunga hanya 6 persen.

"KUR itu ibarat bensin. Percuma kita punya traktor, motor, mobil, dan kendaraan lainnya kalau bensinnya tidak ada. Jadi, KUR itu adalah bensin yang akan menggerakkan wirausaha pertanian kita," kata Dedi.

Terakhir, lanjut Dedi, membangun kolaborasi dengan seluruh offtaker, bayer, eksportir, foundation yang menyediakan dana, dan perbankan. Dengan membangun jaringan, kata Dedi, rezeki akan meningkat.

"Prisipnya, kita harus bangun kolaborasi bukan kompetisi, kita harus bersanding, bukan bertanding, kita harus merangkul bukan baku pukul, kita juga harus memeluk bukan baku gebuk. Itu yang harus kita lakukan," imbuhnya.

KEYWORD :

Smart Farming Dedi Nursyamsi Syahrul Yasin Limpo Kredit Usaha Rakyat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :