Rabu, 24/04/2024 00:18 WIB

Industri Pornografi, Riwayatnya Dulu dan Kini

Yang menggerakkan minat orang terhadap internet adalah pornografi.

Display bioskop Indonesia

Jakarta - Generasi yang besar di masa 80-an dan 90-an tentu paham betul betapa luar biasanya industri pornografi. Anak-anak baru gede di kota-kota besar pada masa 80-an tentu mengalami masa pinjam meminjam majalah porno sampai majalahnya lecek dan menyimpan foto hitam putih dengan banyak adegan "hardcore" di dompetnya. Poster-poster telanjang akan disimpan rapi di lemari-lemari plastik yang akan menemani fantasi saat sendirian di kamar kos.

Sementara itu tukang sewa kaset video, bersepeda motor dengan tas ransel berisi koleks-koleksi video yang rata-rata dalam format Betamax data VHS, datang sekali seminggu menjadi langganan orang rumahan yang secara kolektif patungan dengan teman dan tetangganya menyewa beberapa kaset "Unyil."

Masa-masa itu sudah lama berlalu. Munculnya internet di pertengahan 90-an, memunculkan gairah baru industri pornografi dengan semakin lebarnya pasar yang terbuka bagi industri yang dulunya sangat akrab dengan pemasaran secara sembunyi-sembunyi.

Konten pornografi pun berhamburan di Internet dan menjadi bagian yang terbesar di sana. Tetapi, siapa sangka bahwa semakin majunya teknologi internet dengan ditandai kemunculan media sosial yang mampu melakukan penetrasi hingga pelosok terpencil, industri pornografi justru mengalami kemerosotan.

Telah lama dipahami bahwa industri pornografi telah lama kehilangan "jaman keemasan-nya". Periode akhir 60-an dan 70-an seringkali disebut sebagai periode klasik saat industri pornografi di Amerika dan Eropa bisa memunculkan format pornografi "serius" bersamaan dengan munculnya gerakan-gerakan pembebasan sexual.

Salah seorang pemeran pornografi yang terkenal di masa ini juga terkenal sebagai seorang feminis. Periode 80-an hingga 90-an boleh dibilang adalah periode kaset video dengan rumah-rumah produksi pornografi yang terkenal yang mulai sedikit demi sedikit mendapat pengakuan secara legal sebagai bagian sah dari industri film dan hiburan.

Periode 2000-an adalah periode "booming" internet. Mau tidak mau suka atau tidak suka,  yang menggerakkan minat orang terhadap internet adalah pornografi. Pada awal periode ini bermunculan forum-forum yang membentuk komunitas-komunitas digital yang sangat sukses mengumpulkan konten-konten pornografi dari jaman ke jaman dalam bentuk digitalisasi.

Pada masa ini popularitas forum-forum peminat pornografi bahkan bisa mengangkat traffik situs-situs yang di kemudian hari berusaha memuncukan citra bahwa situs-situs ini tidak mendukung pornografi.

Hingga akhirnya muncul jaman media sosial. Di jaman ini, pornografi semakin mudah didapat dan tersebar ke mana-mana melewati batasan-batasan usia melalui telepon pintar. Tetapi, siapa sangka bahwa di jaman ini industri pornografi menuju pada kemerosotan yang serius.

Super star industri pornografi seperti Jenna Jameson di masa 2000-an mungkin adalah super star terakhir yang pernah ada dalam industri pornografi. Kemudahan membuat video dengan hanya telepon genggam, ongkos produksi yang semakin murah, membuat semakin bermunculan produksi-produksi rumahan yang pendek dengan model sekali shooting adegan sex sekali bayar.

Tidak ada lagi kontrak dengan nilai wah bagi bintang porno. Tidak ada lagi bintang-bintang porno legenda dengan deretan film dengan beragam tema.

Traffik bagi situs pornografi tetap yang paling "banter" ketimbang situs-situs berita populer. Tetapi industri besar dengan yang mampu memunculkan "godfather" semacam Larry Flint, dengan Hustler-nya  atau Rocco Siffredi si kuda Stallion dari Italia dan Maria Ozawa, legenda dari Jepang semakin suram. Saat ini berdasarkan data yang terpopuler di mesin pencari Google, pada tahun 2015 adalah pencarian dengan kata-kata "amateur", "teen", dan "anal."

Sekarang ini yang menerima pundi-pundi keuntungan dari traffik yang menggila adalah pebisnis-pebisnis tanpa nama. Upah bagi pemeran porno semakin mengalami rasionalisasi karena kemunculan banyak sekali produksi-produksi amatir dengan biaya sangat murah yang menghancurkan pasar para legenda.    

Meruaknya video-video produksi sendiri adalah sama dan sebangun saat aplikasi ojek online menggusur tukang ojek dan supir taksi konvensional. Bagi mereka para pemeran film porno yang dahulunya bisa bergabung bersama dalam grup-grup rumah produksi, sekarang harus bisa mencukupi dirinya sendiri untuk berkompetisi dengan banyak amatir, dengan upah yang semakin kecil dan tentu saja tanpa asuransi.

KEYWORD :

Industri Pornografi Film Kaset Video Bioskop




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :