Kamis, 09/05/2024 10:19 WIB

Kementan Ajak Calon Petani Milenial Tak Ragu Terjun di Sektor Agribisnis Pertanian

Kementan Ajak Calon Petani Milenial Tak Ragu Terjun di Sektor Agribisnis Pertanian.

Dedi Nursyamsi, saat Ngobrol Asyik (Ngobras) OTS volume 27 di Kecamatan Cikarang Utama, Kabupaten Bekasi, Selasa (12/7).

JAKARTA, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan berbagai upaya untuk memperkuat ketahanan pangan, termasuk menjamin stok pangan. Kementan juga mengajak petani milenial untuk mau terjun ke dunia pertanian melakukan agribisnis pertanian.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, tantangan yang dihadapi pertanian saat ini adalah mencukupi pangan bagi seluruh rakyat indonesia.

“Kita harus memastikan ketersediaan pangan di seluruh tanah air, baik ketersediaan barang pangan maupun ketersediaan akses untuk mendapatkannya. Untuk itu, saya mengajak seluruh penyuluh dan petani untuk untuk tetap sehat di situasi pandemi covid-19. Dengan sehat kita bisa menjalankan tugas sebaik-baiknya,” ujar Mentan.

Hal senada disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi bahwa sektor pertanian membutuhkan sosok penyuluh yang pintar, gesit dan cerdas karena problem pertanian makin kompleks. 

"Penyuluh itu sahabatnya petani. Penyuluh yang pintar akan mentransfer ilmu ke petani. Kalau petani pintar, berarti dia mampu meningkatkan produktivitasnya. Keberhasilan pertanian adalah meningkatkan produktivitas, yang bisa tercapai kalau penyuluhnya pintar," kata Dedi saat Ngobrol Asyik (Ngobras) OTS volume 27 di Kecamatan Cikarang Utama, Kabupaten Bekasi, Selasa (12/7).

Dalam kegiatan ini disampaikan bahwa Kambing Peranakan Etawa (PE) telah menjadi salah satu ikon Desa Tanjung Sari Kampung Panjang, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. 

Peranakan Etawa ini banyak dikembangkan peternak. Satu ekornya untuk kualitas unggul bisa mencapai ratusan juta.

Dedi mengatakan, insan pertanian harus meyakinkan bahwa pertanian itu duit. Contohnya, dengan mengeksplorasi pupuk kandang atau pupuk kompos tanah yang subur, kalo tanah subur pakan ternak bisa tumbuh dengan baik.

"Jika pakannya bagus pasti ternaknya juga gemuk sudah pasti duit numpuk. Intinya adalah memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada. Membicarakan mengenai ternak, 70 persen itu ada di pakan, Jika pakannya kita kuasai berarti ternak kita ada digenggaman kita," jelas Dedi.

Lebih lanjut Dedi mengatakan dukungan dari pemerintah untuk petani yaitu membantu usaha, meningkatkan kapasitas dan kemampuan petani, sarana prasarana seperti kandang dan pemotong rumput, serta melakukan pendampingan.

"Saya berpesan untuk petani petani milenial, untuk para calon-calon petani milenial jangan bimbang dan ragu untuk terjun di sektor bisnis pertanian," ungkap Dedi.

Ima Ratna Suminar, Koordinator Penyuluh Pertanian Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Cikarang Utara, mengatakan kepala keluarga yang terdapat di desa tersebut diyakini beternak kambing etawa yang cukup menjanjikan.

“Mengapa dalam satu kampung tersebut memiliki kambing etawa dikarenakan warga tersebut melakukan arisan pengurus ternak dimana ketentuan jika satu kelompok memiliki lebih dari 10 ekor maka akan membagikan kambing peranakan etawa nya ke kelompok lain yang belum memiliki kambing etawa,” Jelas Ima Ratna Suminar.

Ima mengatakan, selain dijual beternak kambing etawa sangat menguntungkan. Karena, kotorannya bisa menjadi pupuk untuk pemanfaatan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang dikoordinir oleh ibu-ibu rumah tangga.

“Saat ini Penyuluh Pertanian ada 2 orang dengan wilayah binaan 11 desa, dengan sedikit penyuluh saya berharap mendapat bantuan Sumber Daya Manusia penyuluh pertanian,” ungkap Ima.

Perwakilan Dinas Pertanian Peternak Kecamatan Cikarang Utara, Dedi Hadiyanas, mengatakan 2 tahun yang lalu membeli bibit kambing sebanyak 25 ekor sekarang untuk turunannya sudah mencapai 15 ekor.

“Terdapat potensi pertanian dan peternakan 23 kecamatan di Bekasi, sedangkan kawasan industri ada 7 kawasan,” jelas Dedi.

Sementara Syamsuri, petani milenial dari Bekasi, menceritakan pengalamannya dalam beternak kambing etawa dan memanfaatkan kotorannya sebagai kompos jambu kristal. 

“Awal beternak dan bertani dengan memanfaatkan lahan di belakang rumah, karena bekasi kawasan industri banyak juga yang mengolah lahan sebelum dijadikan perusahaan,” jelas Syamsuri.

Ia berharap dapat mengajak para pemuda khususnya petani milenial untuk bergabung di agribisnis pertanian.

“Potensi peternakan sangat banyak untuk menunjang program swasembada  pangan, saat ini banyak petani milenial yang di bina oleh bidang penyuluhan di kabupaten Cikarang Utara,” pungkas Syamsari.

KEYWORD :

Dedi Nursyamsi Petani Milenial Agribisnis Pertanian




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :