Jum'at, 26/04/2024 05:47 WIB

Kurikulum Merdeka Dorong Siswa Bahagia saat Belajar

Penerapan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan, dianggap tepat untuk membangkitkan semangat peserta didik selama proses pembelajaran

Dua Guru Penggerak di SMA Gabungan Jayapura, Papua (Foto: Dok BKHM Kemdikbudristek)

Jakarta, Jurnas.com - Penerapan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan, dianggap tepat untuk membangkitkan semangat peserta didik selama proses pembelajaran. Pasalnya, kurikulum baru tersebut dalam pelaksanaannya di dalam kelas, menekankan minat dan bakat siswa.

"Di Kurikulum Merdeka anak-anak lebih bahagia. Sebab di situ ada Profil Pelajar Pancasila. Di Kurikulum 2013 ada, tapi di dalam proses kegiatan dalam kelas, dan program yang dilakukan dalam sekolah, tidak terlalu digali," kata Guru Penggerak SMA Gabungan, Jayapura, Dolvina Lea Ansanay pada Selasa (14/6).

Tidak hanya itu, Kurikulum Merdeka yang mendorong guru dan siswa melakukan pembelajaran berbasis proyek (project based learning), juga membangkitkan daya kreativitas dan inovasi peserta didik.

Dia mencontohkan, guru dan siswa di SMA Gabungan, Jayapura, bersama-sama melaksanakan proyek pembuatan es krim sagu. Lalu, peserta didik diberikan kesempatan mencurahkan kreativitas mereka dalam mengolah produk tersebut, agar output yang dihasilkan bisa bernilai jual.

"Untuk proyek es krim sagu ini juga kita 10 guru berembug. Guru-guru ini berdiskusi untuk membuat modul ajar terkait sagu. Misalnya, guru mata pelajaran agama, menyampaikan kepada siswa tentang rasa syukur kepada Tuhan, yang memberikan kami tanah tropis, sehingga sagu ini bisa diolah," terang guru mata pelajaran geografi tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh Santi Julianti Senduk, yang juga berstatus sebagai Guru Penggerak di SMA Gabungan Jayapura. Menurut Santi, pembelajaran diferensiasi dalam Kurikulum Merdeka yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaa, Riset, dan Inovasi (Kemdikbudristek), dibutuhkan oleh peserta didik saat ini.

Sebagai guru mata pelajaran Bahasa Jepang, Santi kerap memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk membuat produk pembelajaran sesuai keahlian dan minat siswa masing-masing. Hal ini disambut positif oleh siswa.

"Karena belajar bahasa, mereka membuat produk sesuai keahlian. Ada yang membuat role playing, membuat poster, atau video," ungkap Santi.

Nona, siswi SMA Gabungan Jayapura kelas X, mengaku antusias setiap kali memasuki kelas. Dia menyebut, kini proses pembelajaran menjadi lebih hidup, karena diisi dengan diskusi antara peserta didik dan guru, alih-alih pembelajaran konvensional dengan pemberian materi satu arah.

"Sekarang siswa jadi lebih banyak menjawab. Contoh, ibu guru kasih pertanyaan, kita yang menjawab," kata Nona.

Sedangkan, bagi Billy, siswa X SMA Gabungan Jayapura, pembelajaran berbasis proyek yang difasilitasi oleh tenaga didik, menjadi modal baginya untuk mempersiapkan hidup di masa depan. Di antaranya proyek membuat noken dari kayu melinjo.

"Di SMP belum pernah belajar ini, lalu di SMA belajar ini. Membuat noken atau es krim sagu, kita bisa menjualnya sendiri. Bisa dapat pemasukan sendiri, dijual, dan buat kami itu semua bisa," tutup Billy.

KEYWORD :

Kurikulum Merdeka Kemdikbudristek SMA Gabungan Papua




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :