Minggu, 28/04/2024 06:57 WIB

Rayuan Maut Teroris Incar Perempuan Indonesia

Perempuan kerap dilihat sebagai insan yang tahan akan tekanan, tetapi di satu sisi tingkat emosionalnya tinggi. Dan beberapa karakter perempuan ada unsur labil.

Pakar Militer, Susaningtyas Nefo Handayani

Jakarta - Rangkaian penangkapan sejumlah tersangka perencana peledakan bom memperlihatkan masih eksisnya jaringan terorisme di Indonesia. Dalam sepekan ini, Detasemen Khusus Anti Teror (Densus) 88 berhasil melumpuhkan perencana teror di sejumlah daerah di Indonesia.

Terdapat fakta baru dibalik penangkapan mereka. Dari sekian laki-laki yang berhasil ditangkap dan dilumpuhkan, polisi juga mengamankan dua perempuan yang menjadi bagian dari anasir mereka pada lokasi dan waktu penangkapan yang berbeda.

Salah satunya, perempuan bernama Dian Yulia Novi. Setelah proses penyidikan dan penyelidikan polisi, Dian mengaku menjadi calon pelaku bom bunuh diri pada rencana peledakan di depan Istana Kepresidenan.

Pengamat Militer dan Intelijen Susaningtyas Kertopati mengatakan, fakta tentang Dian menandai perkembangan mutakhir gejala terorisme di Indonesia. Jaringan terorisme menunjukkan usaha perluasan pengaruh dengan tidak hanya merekrut anggota dari kalangan laki-laki.

Perempuan yang biasa dipanggil mbak Nuning ini mengatakan sebagai fenomena baru, pelibatan perempuan dalam rencana aksi teror dapat dibaca sebagai adanya diaspora strategi dan tak-tik jaringan terorisme di Indonesia.

"Penganten (calon pelaku bom bunuh diri) perempuan yang lagi trend ini, banyak pertimbangan mengapa mereka (perempuan) ini dipakai (berperan sebagai penganten). Perempuan kerap dilihat sebagai insan yang tahan akan tekanan, tetapi disatu sisi tingkat emosionalnya tinggi. Dan beberapa karakter perempuan ada unsur labil," ujar Nuning kepada Jurnas.com di Jakarta, Jumat (23/12/2016).

Nuning menyampaikan sosok Dian mewakili kenyataan bahwa rayuan maut jaringan terorisme tengah mengintai perempuan Indonesia. Mereka melakukan perekrutan dengan cara memperistri yang kemudian mempengaruhinya dengan ideologi teror dan janji surga sebagai syahidah. Tujuan mereka adalah mengandalkan perempuan dalam rangka strategi melancarkan aksi teror.

"Kelebihan dan kekurangan perempuan ini yang dijadikan alasan mengapa mereka mengandalkan perempuan. Ada hal yang membuat publik tak begitu mencurigai perempuan sebagai pengantin. Karena perempuan kerap terdeskripsi sebagai sosok ibu atau istri yang lekat dengan citra lemah lembut," ungkapnya.

Senada dengan Nuning, Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris menegaskan jaringan teroris kini menyasar perempuan untuk menjadi pelaku bom bunuh diri. Mereka bertujuan untuk mengecoh aparat penegak hukum.

Sebab, selama ini pelaku teror di Indonesia selalu identik dengan laki-laki. "Perempuan juga dianggap lebih mudah dipengaruhi. Terutama mereka yang memiliki masalah dalam keluarga," kata Irfan.

KEYWORD :

Teroris Susaningtyas




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :