Sabtu, 27/04/2024 23:11 WIB

Pengamat: Bawa Isu Nazisme, Justru Neo Nazi Aset Rusia

Upaya Rusia menggunakan isu mencegah tumbuhnya paham nazisme adalah alasan yang dibuat-buat. 

FOTO FILE: Foto Video yang disediakan oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia. (Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia melalui AP, File)

Jakarta, Jurnas.com- Upaya Rusia menggunakan isu mencegah tumbuhnya paham nazisme sebagai pembenaran invasi terhadap Ukraina ternyata adalah alasan yang dibuat-buat karena justru tokoh neo-Nazi menjadi aset mereka sejak 2014.

Menurut Algooth Putranto, Pengamat Komunikasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sahid alasan nazisme justru mengada-ada karena partai beraliran Neo-Nazi di Ukraina adalah cabang dari gerakan Neo-Nazi yang lahir dan besar di Rusia.

“Partai Persatuan Slavia Ukraina adalah cabang organisasi Persatuan Nasional Rusia (RNU) yang merupakan organisasi Neo-Nazi. Tahun 2014, anggota RNU bergabung dengan pasukan pro-Rusia di Ukraina selama Perang di Donbass. Jadi aneh kalau alasan mencegah nazisme dipakai Rusia,” katanya, baru-baru ini.

Algooth menjelaskan Persatuan Nasional Rusia (RNU) adalah buah frustasi kesulitan ekonomi dan sosial yang dihadapi Rusia selama pembubaran Uni Sovyet di tahun 1990-an. Gerakan RNU resmi berdiri pada pada 16 Oktober 1990 sebagai sempalan dari Front Patriotik Nasional.

“Pendirinya Alexander Barkashov yang ultra-nasionalis. Pada bulan Maret dan Mei 2014 dia pindah ke Ukraina Timur dan tinggal di Donetsk. Anaknya Barkashov bergabung dalam pasukan pro-Rusia di Ukraina,” tuturnya.

Anggota RNU dikenali dengan seragam hitam dengan mengadopsi lambang swastika merah dan putih dan secara terbuka menyatakan kekaguman terhadap sosialisme nasional Jerman dan perayaan publik kebangkitan Nazi, meskipun organisasi tersebut secara resmi menolak dukungan apapun untuk ideologi Nazi.

Gerakan ini menganjurkan pengusiran non-Rusia dan peningkatan peran lembaga tradisional Rusia seperti Gereja Ortodoks Rusia. Kelompok ini aktif tidak hanya di Rusia, tetapi juga di Estonia, Latvia, Lituania, dan Ukraina.

Latvia memiliki All for Latvia yang bergabung dalam kelompok Aliansi Nasional, sementara Lithuania memiliki sosok Mindaugas Gervaldas yang berkiprah dalam Partai Demokrat Nasional Lituania (LNDP) dan Gerakan Buruh Nasional Lituania Bersatu.

Sedangkan di Estonia ada kelompok Divisi Feuerkrieg. “Ini kelompok yang tahun 2020 mereka terkait dengan rencana penyerangan terhadap sebuah sinagoge di Las Vegas dan meledakkan bom mobil di kantor jaringan berita utama Amerika Serikat.

Sementara itu di Ukraina terdapat Partai Persatuan Slavia Ukraina yang dibentuk sebagai bagian dari Kongres Sipil Ukraina sebelum pemilihan parlemen Ukraina 1994. “Isu yang dibawa kelompok neo-Nazi di Ukraina ini sejalan dengan gerakan RNU,” ungkapnya.

RNU telah berusaha untuk menyatukan kelompok-kelompok nasionalis dengan mengorganisir jemaat Gereja Slavic (slavonic) dan jemaat Gereja Timur (sobors) di Rusia. Dalam waktu singkat di tahun 1993, RNU telah menjadi gerakan nasionalis Rusia yang paling menonjol.
Selain terlibat dalam aksi politik, RNU melakukan latihan militer dan pelatihan taktis. Ketika krisis konstitusional Rusia tahun 1993 berlangsung, RNU secara militan mendukung parlemen Rusia dan Presiden Boris Yeltsin.

Hingga tahun 1995, RNU membesar dan berpusat di Moskow. Tahun 1999, kelompok ini dilarang di Moskow dan sejak 2003 telah dilarang di beberapa wilayah di Rusia. Meski dilarang, pengaruh Neo-Nazi itu masih kental. Rasisme di Rusia muncul terutama dalam bentuk sikap dan tindakan negatif oleh sebagian orang Rusia terhadap warga non-etnis Rusia, imigran atau turis. Secara tradisional rasisme Rusia mencakup anti-Semitisme dan Tatarofobia, serta permusuhan terhadap berbagai bangsa di Kaukasus, Asia Tengah, Asia Timur, dan Afrika.

Kuatnya Neo-Nazi yang fasis di Rusia dapat dicontohkan dalam kasus Pemilu Parlemen Rusia tahun 2014. Saat itu pemimpin ekstrim nasionalis Partai Demokrat Liberal Rusia, Vladimir Zhirinovsky menyerukan pembatasan tingkat kelahiran di wilayah Kaukasus Utara yang didominasi Muslim di Rusia, dan membatasi pergerakan orang-orang dari wilayah itu ke seluruh negeri.

Pernyataan itu mematik serangan bom di Volgograd, yang menewaskan beberapa orang Rusia. Meski Zhirinovsky kemudian meminta maaf atas kata-katanya, pernyataan rasis tersebut mengantarkannya ke parlemen dengan 140 ribu suara.

KEYWORD :

Neo Nazi Rusia Algooth Putranto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :