Minggu, 19/05/2024 15:19 WIB

Megawati: Stunting dan Anemia Harusnya Tak Ada di Republik Ini

Megawati menyampaikan ketidakpuasannya terhadap pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengatakan angka stunting terus mengalami penurunan setiap tahunnya.

Megawati Soekarnoputri

JAKARTA, Jurnas.com - Masyarakat terutama perempuan Indonesia harus punya niat yang kuat untuk menciptakan generasi emas Indonesia. Dengan niat dan kemauan yang tinggi, perempuan harus maju dan turun kebawah melayani masyarakat, bergerak bersama melawan stunting.

Demikian disampaikan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri pada saat menjadi Keynote Speaker webinar Cegah Stunting untuk Generasi Emas Indonesia yang disiarkan langsung via YouTube Tribun Jateng, Kamis (17/3).

"Kaum perempuan memiliki tugas untuk melahirkan sehingga perempuan ini menjadi penuh tanggung jawab, program Keluarga Berencana (KB) bukan untuk memandulkan tapi supaya bisa memberikan perencanaan yang baik, untuk membesarkan dan membangun anak-anak menjadi cerdas, sehat, pintar lahir batin, bila berhasil Indonesia maju pasti tercapai," tegasnya.

Presiden ke-5 RI ini juga mengutarakan ketidakpuasannya terhadap pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengatakan angka stunting terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Munurut Megawati, seharusnya stunting dan anemia tidak ada di Republik Indonesia.

Dijelaskan Menteri PPPA Bintang Puspayoga, salah satu isu tumbuh kembang anak usia dini yang menjadi prioritas pemerintah adalah stunting. Sesuai data studi status gizi Indonesia tahu 2021 menunjukkan dari 34 provinsi di Indonesia yang medapat kategori baik hanya provinsi Bali.

Penurunan stunting di Indonesia selama delapan tahun terakhir yaitu 2013-2021 masih berada diangka 2,0 persen khususnya tahun 2021, sedangkan untuk angka stunting adalah 24,4 persen. Padahal target RPJMN penurunan sebesar 14 persen atau 2,7 persen per tahun.

"Stunting bersumber dari pola asuh, pola makan yang kurang baik dan sanitasi yang kurang layak. Hal ini mengakibatkan terhambatnya tumbuh kembang anak, seperti penurunan fungsi kekebalan, gangguan metabolism tubuh, perkembangan otak tidak maksimal," papar Bintang.

Ia juga menyampaikan sesuai data WHO salah satu penyebab masalah stunting karena tingginya angka pernikahan dini yang secara psikologis belum matang, termasuk mengenai kehamilan, pola asuh anak.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berenanca Nasional (BKKBN), yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunana Stunting, Hasto Wardoyo mengatakan, kondisi saat ini setiap 100 masih ada 4 orang yang stunting.

"Sering sakit, nutrisi kurang, asuhan kurang bagus, itu stunting. Stunting pasti pendek, walaupun tidak semua orang pendek stunting, tidak cerdas, mudah sakit-sakitan di hari tuanya," jelasnya.

Strategi BKKBN mempercepat penurunan stunting ini adalah salah satunya dengan mengajak calon pengantin menyiapkan prekonsepsi, melakukan pemeriksaan kesehatan 3 bulan sebelum menikah, dan tim pendamping keluarga sejumlah 200 ribu tim yang tersebar di seluruh desa.

KEYWORD :

Stunting Anemia Megawati Soekarnoputri Kepala BKKBN Hasto Wardoyo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :