Kamis, 02/05/2024 07:34 WIB

Covid-19 Bikin Orang Kaya Makin Kaya, Kebetulan?

Tren orang kaya makin kaya kian nyata sepanjang pandemi Covid-19. Setidaknya, kekayaan 10 orang terkaya di dunia, bertambah berlipat ganda menurut laporan Oxfam International.

Ilustrasi orang kaya (Foto: Unsplash)

New York, Jurnas.com - Tren orang kaya makin kaya kian nyata sepanjang pandemi Covid-19. Setidaknya, kekayaan 10 orang terkaya di dunia, bertambah berlipat ganda menurut laporan Oxfam International.

Sementara orang kaya makin kaya, lanjut Oxfam International, ketidaksetaraan ini mirisnya berkontribusi pada kematian pada 21.300 orang setiap hari.

"Kita memasuki 2022 dengan kekhawatiran yang belum pernah terjadi sebelumnya," demikian laporan Oxfam`s Inequality Kills dikutip dari Aljazeera pada Senin (17/1).

Keadaan global saat ini yang menegaskan ketidaksetaraan ekstrem, ialah bentuk kekerasan ekonomi terhadap orang dan negara termiskin di dunia.

Kebijakan struktural dan sistemik serta pilihan politik juga condong ke pihak yang paling kaya dan paling berkuasa, yang mengakibatkan kerugian bagi mayoritas orang biasa di seluruh dunia. Contoh terang benderangnya ialah distribusi vaksin Covid-19.

"Jutaan orang masih akan hidup hari ini jika mereka memiliki vaksin, tetapi mereka (yang miskin) mati, tidak diberi kesempatan, sementara perusahaan farmasi besar terus memegang kendali monopoli atas teknologi ini," kata Oxfam.

Laporan tersebut menghitung bahwa 252 pria memiliki kekayaan lebih dari satu miliar wanita dan anak perempuan di Afrika, Amerika Latin, dan Karibia jika digabungkan. Dan 10 orang terkaya di dunia memiliki lebih dari 3,1 miliar orang yang paling tidak makmur.

Selain itu, sementara orang kaya menjadi jauh lebih kaya selama pandemi, pendapatan 99 persen umat manusia menderita.

Laporan Oxfam biasanya dirilis sebelum pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss. Tapi pertemuan orang-orang terkaya dan terkuat di dunia ditunda lagi tahun ini karena pandemi.

Pekan lalu, WEF merilis Global Risks Report 2022 yang memperingatkan bahwa ketimpangan pemulihan ekonomi akibat virus corona, telah memperdalam perpecahan di dalam dan di antara negara-negara.

Oxfam juga menekankan bahwa meningkatnya ketidaksetaraan, akan menyebabkan ketegangan tambahan, kebencian, dan semakin memperumit tanggapan negara-negara terhadap perubahan iklim, kesenjangan ekonomi, dan ketidakstabilan sosial.

Terlepas dari upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah selama beberapa dekade terakhir untuk mengatasi kemiskinan, dan mendistribusikan teknologi dan akses pendidikan secara lebih merata, dunia telah menuju ke arah ketidaksetaraan yang parah selama beberapa dekade.

"Perpecahan saat ini secara langsung terkait dengan warisan sejarah rasisme, termasuk perbudakan dan kolonialisme," bunyi laporan Oxfam.

Laporan tersebut mencatat bahwa sejak tahun 1995, satu persen orang terkaya dunia memiliki hampir 20 kali lebih banyak kekayaan global dibandingkan 50 persen terbawah. Dan pandemi telah membuat segalanya jauh lebih buruk.

Suku bunga rendah dan stimulus pemerintah yang dirancang untuk membantu ekonomi pulih dari pukulan Covid-19 2020, juga telah memicu harga saham dan aset lainnya, membuat orang kaya semakin kaya.

"Triliunan yang dituangkan ke pasar keuangan oleh bank sentral untuk menyelamatkan ekonomi telah menyebabkan ledakan kekayaan miliarder, ini adalah peningkatan terbesar dalam sejarah. Sementara pandemi telah membuat orang biasa lebih miskin daripada jika hal itu tidak pernah terjadi," ungkap Gabriela Bucher, direktur eksekutif Oxfam.

Ketimpangan kekayaan tidak hanya merugikan orang, namun juga merusak Bumi. 20 miliarder terkaya diperkirakan telah memproduksi karbon sebanyak 8.000 kali lebih banyak dari pada miliaran orang termiskin.

KEYWORD :

Orang Kaya Pandemi Covid-19 Oxfam International Ketimpangan Sosial




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :