Jum'at, 26/04/2024 18:41 WIB

PBB Serukan Myanmar Hentikan Kekuatan Berlebihan terhadap Warga Sipil

Foto dan video yang diposting di media sosial menunjukkan sebuah kendaraan yang melaju kencang menabrak sekelompok pengunjuk rasa anti-kudeta pada Minggu (5/12) di kota utama Yangon dan mayat tergeletak di jalan.

Demonstran kudeta militer di Myanmar (Foto: BBC)

NEW YORK, Jurnas.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan Myanmar untuk meminta pertanggungjawaban siapa pun yang menggunakan kekuatan berlebihan terhadap warga sipil tak bersenjata.

Hal itu disampiakan setelah pasukan keamanan menabrakkan mobil ke pengunjuk rasa anti-kudeta yang menewaskan lima dari mereka, menurut media dan saksi.

Foto dan video yang diunggah di media sosial menunjukkan sebuah kendaraan yang melaju kencang menabrak sekelompok pengunjuk rasa anti-kudeta pada Minggu (5/12) di kota utama Yangon dan mayat tergeletak di jalan.

Saksi mata mengatakan kepada Reuters, puluhan orang terluka.

"Mereka yang bertanggung jawab atas penggunaan kekuatan yang berlebihan dan tidak proporsional terhadap warga sipil tak bersenjata harus dimintai pertanggungjawaban," kata Ramanathan Balakrishnan, koordinator residen PBB di Myanmar, dalam sebuah pernyataan.

Portal berita Myanmar Now mengatakan insiden itu terjadi beberapa menit setelah "flash mob" orang-orang yang memprotes kudeta militer 1 Februari telah terbentuk. Selain setidaknya lima kematian, 15 juga telah ditangkap, katanya.

Surat kabar Global New Light of Myanmar yang dikelola pemerintah mengatakan pasukan keamanan membubarkan "kerusuhan yang melanggar hukum" dan menangkap delapan pengunjuk rasa. Dikatakan tiga orang terluka tetapi tidak menyebutkan kematian dan mengatakan mereka yang ditangkap akan menghadapi tindakan hukum.

Kedutaan Besar AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka "mengerikan dengan laporan bahwa pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah, berlari, dan membunuh beberapa pengunjuk rasa yang damai".

Protes anti-militer belum berhenti meskipun lebih dari 1.300 orang tewas sejak Februari penggulingan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel Aung San Suu Kyi dan kembalinya kekuasaan militer.

Salah satu pengunjuk rasa pada hari Minggu mengatakan dia jatuh setelah ditabrak kendaraan sebelum melarikan diri.

"Seorang tentara memukuli saya dengan senapannya tetapi saya membela dan mendorongnya kembali. Kemudian dia langsung menembak saya ketika saya lari dengan pola zig-zag," pemrotes, yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan kepada Reuters melalui telepon. .

Mobil yang diduduki tentara menabrak massa dari belakang, kata dua saksi. Tentara mengejar pengunjuk rasa yang berhamburan menangkap dan memukuli beberapa orang.

Beberapa terluka dengan luka di kepala dan tidak sadarkan diri, menurut para saksi.

Seorang juru bicara militer tidak menanggapi upaya Reuters untuk menghubunginya untuk mengomentari insiden tersebut.

Sebelumnya, militer mengatakan pengunjuk rasa yang terbunuh memicu kekerasan. Dikatakan mereka melancarkan kudeta karena pemilihan November tahun lalu yang dimenangkan oleh partai Aung San Suu Kyi dicurangi.

KPU saat itu menepis tudingan tersebut.

Aung San Suu Kyi, 76, menghadapi selusin kasus hukum terhadapnya termasuk hasutan dan pelanggaran protokol COVID-19. Pendukungnya mengatakan tuduhan itu bermotif politik. (REUTERS)

KEYWORD :

Myanmar PBB Kekerasan Warga Sipil




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :