Selasa, 30/04/2024 08:17 WIB

Rerie Harap Kepahlawanan Ratu Kalinyamat Mampu Membangkitkan Nasionalisme Anak Bangsa

Banyak sekali pemikiran RK yang masih relevan untuk diterapkan di Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, antara lain ide poros maritim, yang sudah dipraktikkan di masa RK memimpin Jepara.

Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat menjadi pembicara dalam acara Temu Pakar dengan tema Ratu Kalinyamat: Perempuan Perintis Antikolonialisme 1549 -1579 di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (11/9). (Foto: MPR)

Semarang, Jurnas.com - Nilai-nilai kepahlawanan Ratu Kalinyamat (RK) diharapkan mampu membangkitkan jiwa nasionalisme anak bangsa untuk menjawab tantangan yang kita hadapi saat ini dan masa datang.

"Ide menjadikan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional bermula dari sebuah paradigma berpikir historis untuk menghargai, menghormati jasa dan perjuangan Ratu Jepara yang pemikirannya jauh mendahului zamannya," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat menjadi pembicara dalam acara Temu Pakar dengan tema Ratu Kalinyamat: Perempuan Perintis Antikolonialisme 1549 -1579 di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (11/9).

Menurut Lestari, banyak sekali pemikiran RK yang masih relevan untuk diterapkan di Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, antara lain ide poros maritim, yang sudah dipraktikkan di masa RK memimpin Jepara.

Demikian juga, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, kehadiran RK saat memimpin perjuangan melawan penjajah Portugis, juga menunjukkan nilai-nilai bahwa perempuan Nusantara di masa itu memiliki peran yang sama dengan pria.

Pada kesempatan itu, Rerie menyampaikan apresiasi mendalam atas ikhtiar selama 2,5 tahun dengan penuh ketekunan dari para pakar dalam menelusuri sejarah Ratu Kalinyamat hingga menemukan sumber-sumber primer.

Selesainya kajian sejarah ini, menurut Rerie, bukan akhir dari proses, melainkan merupakan babak baru dalam memperjuangkan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional.

Dengan ditetapkannya RK sebagai pahlawan nasional, Rerie berharap, nilai-nilai nasionalisme yang ditunjukkan oleh Ratu Jepara itu bisa menginspirasi anak bangsa dalam menjawab tantangan di masa datang.

Meski begitu, menurut Rerie, perlu dukungan para pemangku kepentingan baik dalam sosialisasi maupun pemenuhan aspek formal sesuai amanat UU Nomor 20 Tahun 2009, untuk mewujudkan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional.

Dalam sambutannya, Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat, Prof. Ratno Lukito mengatakan, penemuan sumber primer terkait perlawanan Ratu Jepara terhadap Portugis membuktikan keberadaan RK bukan mitos, bahkan terungkap perannya yang luar biasa hingga membuat Portugis sebagai lawan pun mengakuinya.

Di bawah pemerintahan Ratu Kalinyamat, strategi pengembangan Jepara lebih diarahkan pada penguasaan sektor perdagangan dan angkatan laut.

Kedua bidang ini berkembang baik karena adanya kerja sama dengan beberapa kerajaan maritim seperti Johor, Aceh, Maluku, Banten, dan Cirebon.

"Ratu Kalinyamat dipandang sebagai simbol keteladanan dan sumber inspirasi atas tindakan yang tidak hanya sebatas pada ide tetapi juga aksi nyata dalam melakukan perlawanan terhadap Portugis di Malaka," jelas Ratno.

Selanjutnya Ratno menyampaikan rasa terima kasih kepada Yayasan Dharma Bakti Lestari (YDBL) sebagai penggagas sekaligus mendukung penuh hingga hasil kajian dari kolaborasi tim pakar Pusat Kajian Ratu Kalinyamat-Unisnu, dapat dirampungkan.

Rektor Unisnu Jepara, Dr. H. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag berpendapat, telah menjadi kesadaran kita bahwa kemajuan suatu bangsa lebih banyak ditentukan oleh sumber daya manusianya.

Berdasarkan delapan sumber primer dari penulis Portugis, terungkap bahwa empat kali Ratu Kalinyamat memelopori dan menggerakkan aliansi Kesultanan Muslim (yaitu Johor, Aceh, Maluku dan Jepara) untuk mengusir Portugis dari Malaka dan Maluku, serta menciptakan kesejahteraan bersama di antara anggota aliansi.

"Berdasarkan sumber primer yang dipadu historiografi lokal itu, kami mendukung agar Ratu Kalinyamat layak mendapatkan gelar pahlawan nasional sebagai perempuan perintis antikolonialisme 1549-1579," ujar Sa`dullah.

 

Presiden Direktur Institute for Maritime Studies, Dr. Connie Rahakundini Bakrie mengungkapkan, negeri ini pernah memiliki tokoh perempuan yang bukan saja pemikiran, tetapi keberanian dan wawasannya terkait kekuatan militer dan maritim, melampaui zamannya.

Di bawah kepemimpinannya pada 1549-1579, ujar Connie, Ratu Kalinyamat berhasil membawa Jepara ke puncak kejayaannya.

Kemampuan industri dan kekuatan militer yang dibangun, ungkapnya, mampu memimpin era industrialisasi maritim Asia Tenggara.

Selain itu, tambah Connie, Ratu Kalinyamat tampil sebagai pemimpin aliansi kekuatan di kawasan (Johor, Aceh, Maluku).

Visi Ratu Kalinyamat dalam aliansi itu, ungkap dia, adalah mencapai kesejahteraan bersama dan menghilangkan ancaman musuh yang besar kala itu Portugis.

Ratu Kalinyamat, jelas Connie, merupakan perempuan pelopor yang merintis Indonesia sebagai negeri poros maritim dunia dari abad XVI, sekaligus perintis antikolonialisme.

Sepak terjangnya yang dikenal gagah berani, hebat, dan digdaya sehingga Portugis pun memberikan gelar yang sangat menggetarkan kepadanya yaitu Rainha de Japira, Senhora Poderosa e Rica, yang artinya Ratu Jepara, perempuan kaya dan sangat berkuasa.

Kepala bidang Pemberdayaan Sosial, Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Drs Deni Riyadi, M.M, mengapresiasi bukti akademis kepahlawanan Ratu Kalinyamat yang diungkapkan oleh para pakar tersebut.

Deni berkomitmen, pihak Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah segera menindaklanjuti hasil kajian tersebut untuk diproses sebagai bagian dari dokumen pengajuan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional ke pemerintah pusat.

 

Pada kesempatan itu, Wakil Ketua DPRD Jepara, H Pratikno mengajak masyarakat Jepara untuk membumikan semangat kejuangan Ratu Kalinyamat dalam setiap sanubari dan menjadikan pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan nasional Perempuan Perintis Antikolonialisme menjadi gerakan bersama seluruh warga Jepara.

Karena, menurut Pratikno, pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat pada 1549 – 1579, Jepara menjadi bandar terbesar pesisir utara Jawa yang memiliki peran strategis dalam pengembangan perdagangan antar pulau.

Di samping itu, tambahnya, untuk menjaga kedaulatan Jepara, Ratu Kalinyamat juga membangun armada militer yang sangat kuat dan hubungan militer, perdagagangan dan budaya. Untuk mendukung ekonomi, perdagangan dan militer Jepara memiliki industri galangan kapal yang besar.

Peran Ratu Kalinyamat dalam syiar Islam dan pengembangan seni ukir juga sangat besar. Pembangunan Masjid Mantingan pada tahun 1559 Masehi menjadi bukti peran besar Ratu Kalinyamat .

 

Sejarawan Universitas Diponegoro, Dr. Agustinus Supriyono berpendapat, tokoh Ratu Kalinyamat kurang populer dan kurang mendapat perhatian dalam historiografi Indonesia, yang pada gilirannya juga kurang mendapat penghargaan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme Barat.

Hal itu, menurut Agustinus, bisa terjadi karena historiografi Indonesia masih terpengaruh oleh historiografi Barat khususnya Belanda yang bersifat Eropasentris atau lebih khusus lagi Nerlandosentris.

Padahal, jelasnya, banyak tokoh pemimpin jaman Islam yang melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Portugis, yang meskipun pada umumnya gagal, tetapi pada sisi lain berhasil membendung orang-orang Portugis menguasai sebagian besar wilayah Nusantara.

Agustinus menilai, penelitian dan pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai penguasa kerajaan maritim di Jawa untuk dijadikan sebagai “pahlawan nasional”, merupakan langkah besar untuk mengembalikan jati diri bangsa Indonesia dengan mengambil inspirasi kebudayaan pada jaman Islam.

KEYWORD :

Kinerja MPR Lestari Moerdijat Ratu Kalinyamat Pahlawan Nasional Maritim




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :