Jum'at, 26/04/2024 17:37 WIB

"Wastra Adati" Pesona Adiwastra Nusantara

Keragaman wastra adati Nusantara, mulai dari batik, tenun, songket, hingga kebaya mengalami revitalisasi menjadi gaya busana yang modern. 

Kain songket khas Nila Baharuddin (Foto: Istimewa)

Jurnas.com - Dalam perhelatan Adiwastra Nusantara 2019, lima desainer Indonesia yakni Batik Chic by Novita Yunus, JARIT X D.R.U, Nila Baharuddin, Roemah Kebaya Vielga X Miss Mysa, dan Tenun Gaya by Wignyo menghadirkan rangkaian koleksi hasil eksplorasi ragam wastra adati Nusantara.

Batik Chic by Novita Yunus menampilkan kebaya dengan bordir 3D motif Toraja dan Sumba. Bordir 3D motif Toraja terinspirasi dari rumah adat Toraja yaitu “Tongkonan”, dan bordir 3D motif Sumba, yaitu “Mamuli” yang merupakan perhiasan penting dalam adat Sumba yang biasanya diberikan oleh pihak laki-laki kepada perempuan saat melamar.

Mamuli merupakan simbol rahim wanita, sebagai tanda kesuburan pada wanita. Kebaya tersebut dipadu-padankan dengan kain batik, dan sebagai sentuhan akhir diberikan aksesori yang menunjang keseluruhan tampilan.

Dengan mengusung tema “Bunga Cinta”, JARIT X D.R.U kembali mempersembahkan koleksi untuk wanita Indonesia yang selalu ingin tampil anggun dan elegan tanpa meninggalkan kecintaan pada keunikan dan kekayaan wastra Nusantara.

JARIT, threads of love yang mulai mengeluarkan koleksi sejak September 2015, konsisten menggunakan pewarnaan alam, dipersembahkan untuk wanita yang menyukai koleksi simple, kasual, dan tetap elegan. Setiap helai JARIT mempunyai cerita cinta dari sejak mulai pembuatan kain sampai menjadi pakaian siap pakai.

D.R.U pearl jewelry mulai mengeluarkan koleksi sejak Oktober 2015, terinspirasi dari motif wastra Nusantara, terutama motif batik dipadukan mutiara air tawar dengan sentuhan cinta, menghasilkan koleksi cantik gaya kekinian tanpa meninggalkan warisan Nusantara.

“Jewel of Sriwijaya Kingdom” merupakan tema koleksi yang ditampilkan oleh desainer Nila Baharuddin dengan mengekspos songket Palembang yang menggambarkan kejayaan Kerajaan Sriwijaya di abad 7 hingga awal abad 11. Pengaruh budaya Cina, Thailand, dan Vietnam yang menjadi kekuasaan Kerajaan Sriwijaya di masa silam, diperlihatkan dalam koleksi tersebut.

Nila berupaya menghilangkan kesan berat yang telah melekat pada songket dengan menggunakan songket Palembang yang lebih fleksibel dipakai untuk banyak momen. Nila pun meninggalkan kesan serba emas dari songket Palembang. Sebagai ganti, ia memilih pewarna alami seperti gambir, mangga, dan kayu secang sehingga menghasilkan warna yang lebih lembut.

Roemah Kebaya Vielga yang identik dengan bordir bunga, dan Miss Mysa dengan mutiaranya, mempersembahkan koleksi bertema “Musim Bunga”. Rangkaian koleksi ini bertabur bunga yang bermekaran, mulai dari kebaya, perhiasan mutiara dan kain batik tulis Betawi.

Roemah Kebaya Vielga menampilkan kebaya jenis outer yang bisa dipadankan dengan ragam kain. Bahan yang dipakai adalah sutra dengan bordir handmade yang saat ini sudah semakin langka. Roemah Kebaya Vielga telah berkomitmen untuk menaikkan warisan leluhur dalam bentuk karya bordir manual yang bekerjasama dengan pengrajin bordir.

Begitu pula Miss Mysa yang mengangkat mutiara menjadi perhiasan bertema bunga yang sangat modern dengan dikerjakan secara manual tanpa bantuan mesin. Kolaborasi Roemah Kebaya Vielga dan Miss Mysa menambah kecantikan tampilan wanita secara paripurna.

Tenun Gaya by Wignyo menghadirkan koleksi bertema “Modern Society” dengan menggunakan ragam kain songket tradisional hasil pengembangan dari segi corak dan motif yang disesuaikan dengan gaya hidup kalangan urban.

Corak berupa limas dan flora yang menjadi identitas kain songket Indonesia ditampilkan dalam permainan warna yang terang seperti merah, biru, dan hijau.

Material songket dipadankan dengan tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dalam pilihan warna senada hingga kontras, seperti songket warna hijau dipadu tenun ATBM warna kuning dan songket warna merah marun dipadu tenun ATBM warna oranye. Motif songket diselaraskan pula dengan corak tenun ATBM yang menjadi ciri khas Tenun Gaya by Wignyo.

Kombinasi material tersebut dituangkan dalam desain kontemporer dengan siluet ringan hingga berkonstruksi kuat, yakni padanan celana dengan cape, celana kulot dengan outer, tunik dan rok, serta dress.

Permainan draperi atau efek tumpuk dan potongan asimetris ditampilkan untuk menciptakan kesan elegan. Ornamen yang ditonjolkan pada koleksi ini terbuat dari bagian tumpal kain songket serta tali rumbai yang dinamis. Perpaduan ragam corak, warna, dan tekstur dari ragam material menjadi daya tarik koleksi yang sarat dengan nilai histori ini

KEYWORD :

Kain Nusantara Wastra Adati




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :