Sabtu, 20/04/2024 05:10 WIB

Kemnaker Dorong Penguatan SDM di Bidang Fashion

Menjawab kebutuhan industri di bidang fashion, Kementerian Ketenagakerjaan membuka pelatihan kerja kejuruan fashion technology yang berlokasi di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Semarang (BBPLK Semarang).

Menaker Hanif Dhakiri saat menyaksikan kelihaian para peserta pelatihan kerja kejuruan fashion technology yang berlokasi di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Semarang (BBPLK Semarang).

Semarang, Jurnas.com - Menjawab kebutuhan industri di bidang fashion, Kementerian Ketenagakerjaan membuka pelatihan kerja kejuruan fashion technology yang berlokasi di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Semarang (BBPLK Semarang).

"Di kejuruan fashion technology, siswa tidak hanya diajari membuat kreasi produk, tetapi juga cara memasarkannya, sehingga mereka siap masuk dunia kerja atau berwirausaha," kata Menaker M. Hanif Dhakiri saat meresmikan gedung sekaligus workshop studio kejuruan fashion technology di BBPLK Semarang, Jawa Tengah pada Selasa (26/2).

Pengembangan kejuruan fashion tecnology ini merupakan upgrade dari jurusan menjahit di BBPLK Semarang. Dulunya, Jurusan menjahit hanya menghasilkan lulusan pelatihan untuk menjadi penjahit dan operator mesin garmen.

Setelah dilakukan evaluasi dan pemetaan kebutuhan di era milenial saat ini, maka dibuatlah trasformasi kejuruan fashion technology yang dilengkapi fasilitas lengkap untuk menunjang profesional di bidang Industri fashion.

Adapun, sub kejuruan yang dibuka adalah sub kejuruan menjahit pakaian anak-anak, menjahit pakaian wanita dewasa, pembuatan pakaian jadi, designer busana kreasi, designer busana produksi, dan operator bordir.

Melalui Kejuruan fashion technology, siswa dikenalkan dengan berbagai bentuk kreasi untuk memahami pola konsumsi fashion masyarakat sehari-hari. Sehingga mereka dapat menghasilkan produk yang sesuai trend di masyarakat.

"Selama manusia ingin masih ingin memakai baju, maka industri fashion akan selalu hidup. Sehingga peluang kerja kedepannya sangat lebar. Tinggal bagaimana mengembangkan inovasi dan kreatifitas," ujar Hanif.

Dijelaskan Menaker, dari 16 subsektor industri kreatif, industri fashion menempati urutan ketiga setelah subsektor kuliner dan kriya. "Industri fashion menyumbang devisa negara sebanyak USD 8,2 miliar atau Rp 122 triliun dan fashion juga menempati urutan kedua produk terlaris di E-Commerce," ungkap Hanif.

Selain itu, Menaker berpesan kepada peserta pelatihan supaya jangan terlena dengan keterampilan yang kita miliki. "Kalau kita punya skill hari ini bukan berarti aman, karena skill kita bisa berarti tidak relevan suatu saat nanti," katanya.

Perkembangan teknologi yang sangat cepat membuat keterampilan yang diperlukan juga berubah dengan cepat. "Jangan merasa aman, harus terus meningkatkan kompetensi," ucap Hanif.

Oleh karena itu, untuk memfasilitasi pekerja kelas bawah yang ingin meningkatkan skill, Menaker meminta BBPLK Semarang untuk membuka kelas Sabtu-Minggu dan kelas malam.

"Dengan demikian mereka mendapat akses yang baik guna meningkatkan skill yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan pekerjaan mereka," kata Hanif.

Untuk diketahui, pelatihan di BLK  tidak ada batasan usia dan pendidikan. Artinya lulusan apa saja dan usia berapa saja dapat mengikuti pelatihan.

Selain itu, untuk peserta dari luar kota juga dapat mengikuti pelatihan melalui Program Boarding dimana akomodasi selama pelatihan akan ditanggung oleh pemerintah alias gratis.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Tenaga Kerja Bidang Fashion Revolusi Industri




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :