Petani florikultura masih belum bisa memenuhi semua permintaan pasar mancanegara.
Dari catatan BPS, pada tahun 2018, volume ekspor komoditas florikultura tercatat sebesar 4.600 Ton senilai Rp150 milyar rupiah.
Setiap tahun benih kultur jaringan yang diekspor yakni sebanyak 2-2,8 juta planlet per tahun, dengan angka ekspor sebesa USD1,5 juta atau setara Rp21 miliar per tahun.
kondisi ini mengharuskan pelaku usaha florikultura untuk lebih kreatif dalam melakukan inovasi.
Di saat produk florikultura mengalami penurunan omzet cukup tajam hingga 90%, justru ekspor Draceana tetap berlangsung selama pandemi.
Melalui pola ini ternyata pemasaran pisang memiliki potensi ekspor yang cukup besar. Bahkan kebutuhannya belum dapat dipenuhi karena banyaknya permintaan.
Menurutnya, besarnya angka ekspor menunjukkan bahwa bisnis benih florikultura masih sangat terbuka dan potensial untuk dikembangkan.
Negara tujuan ekspor di antaranya Eropa, Amerika, Kanada, Singapura, Hongkong, Malaysia, dan Thailand. Dalam melaksanakan ekspor, perusahaan ini mendapatkan pendampingan dari Badan Karantina Pertanian dalam melakukan prosedur Sanitary Phyto Sanitary (SPS).
Seiring dengan berkembangnya usaha budidaya florikultura, permintaan benih florikultura yang bermutu dari varietas unggul juga semakin meningkat.
Perubahan kencederungan pasar internasional tersebut merupakan peluang bagi para pengusaha di dalam negeri, apalagi Indonesia memiliki kekayaan genetik florikultura yang terbesar di dunia.