Selagi obat kanker belum ditemukan, masyarakat hanya bisa melakukan tindak pencegahan dengan cara meminimalisasi faktor risiko, maupun deteksi dini.
Operasi kanker massal ini merupakan yang pertama dan terbesar di Indonesia.
Bicara soal kanker tidak melulu mengenai penyembuhan. Jika mampu dicegah, penyakit dengan jumlah kematian nomor satu di dunia ini bisa ditekan angka kejadiannya.
Ketua Umum PERABOI, dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk mengatakan angka kejadian pasien kanker padat di Indonesia saat ini cukup tinggi. Angka kematiannya juga lebih tinggi dari populasi pasien nonkanker.
Menurut Ketua Umum Peraboi, dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk, dengan dibukanya kesempatan vaksinasi bagi kelompok komorbid dimana salah satunya adalah penyintas kanker yang sudah lebih dari tiga bulan, maka mereka akan terlindungi dari risiko gejala berat bila terinfeksi Covid-19.
Ketua PERABOI, dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk menerangkan ISTRY 1.0 berisi berbagai informasi yang berguna bagi dokter, untuk mengambil keputusan klinis dalam bidang terapi sistemik untuk kanker.
Ketua Pengurus Pusat PERABOI, dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk mengatakan vaksinasi massal bagi pasien kanker ini merupakan salah satu upaya PERABOI, agar pasien kanker diprioritaskan mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Walta menjelaskan pada dasarnya jika berada dalam kondisi fit, pasien kanker tidak berbeda dari pasien umum. Sebab vaksinasi bertujuan untuk membangkitkan imunitas pasien terhadap virus Covid-19.
Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) mengapresiasi upaya Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), menggencarkan deteksi dini kanker payudara melalui Periksa Payudara Sendiri (Sadari).
Ketua Peraboi, dr. Walta Gautama, SpB(K)Onk, menyebut belum ada regulasi yang mengatur tentang apa yang harus dilakukan masyarakat, setelah terdiagnosis dugaan kanker, khususnya kanker payudara.