Berikut ini kata-kata yang bikin masyarakat terhenyak tapi tak sedikit yang tersenyum. Nah, mungkin akan bikin bingung lagi ahli bahasa untuk mengudek-udek kamus besarnya.
Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa Gufran Ali Ibrahim mengatakan, kamus berhuruf Braille ini ditujukan bagi penyandang tuna netra. Kamusya pun tergolong unik karena membacanya dengan menggunakan tangan.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Hilmar Farid menjelaskan, kamus sejarah tersebut masih berupa naskah yang sedang disempurnakan dan belum diedarkan kepada masyarakat.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) memutuskan menarik Kamus Sejarah RI Jilid I, yang menuai polemik gara-gara tidak memasukkan nama pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy`ari.
Ketua Komisi X DPR, Sayiful Huda menyampaikan kekecewaan terkait nama Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang tidak ada dalam Kamus Sejarah Indonesia.
Peristiwa ini semakin menunjukan bahwa selain Jas Merah, bangsa ini juga harus terus mengingat Jas Hijau, agar adil terhadap sejarah.
Menulis sejarah yang benar dan sesuai fakta ditegaskan oleh Jazilul Fawaid sangat penting agar bangsa ini mengerti peran dan perjuangan para ulama dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan.
Said Aqil pun menyarankan Kemdikbud menyusun ulang naskah kamus tersebut. PBNU siap mendampingi Kemendikbud dalam proses tersebut dengan tim sejarawan yang canggih.
Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah menciptakan aplikasi digital, yakni Kamus Budaya Jawa. Aplikasi ini dapat diinstal di perangkat berbasis Android, Windows, Linux, dan Mac OS.
Kamus Digital Sasambo dan Kamus dalam Jaringan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (Kadaring SIBI), menjadi upaya terbaru Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) beradaptasi dengan kemajuan teknologi digital.