Sebagaimana diketahui, Kurikulum Merdeka yang diluncurkan Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim beberapa hari lalu, menghapuskan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa bagi pelajar SMA. Sebagai gantinya, siswa bebas memilih mapel.
Saya kira memang perlu ada kurikulum kebencanaan yang nantinya dimasukkan dalam mata pelajaran bagi anak-anak di semua tingkatan, sekolah dasar, menengah dan atas. Karena sejauh ini terjadi banyak korban akibat ketidaktahuan dalam menghadapi bencana.
Kalbis Institute menggandeng Huawei melalui Huawei ICT Academy, dalam rangka menguatkan perkuliahan dengan kurikulum TIK, yang dapat memenuhi standar Huawei melalui Train The Trainer (TTT) dan program sertifikasi.
Mendorong Kemendikbudristek RI menyusun kebijakan kurikulum yang memperhatikan keragaman kompetensi guru, potensi/kemampuan peserta didik, kondisi geografis dan kesiapan sarana dan prasarana.
Penerapan Kurikulum Merdeka diharapkan berdampak pada terciptanya generasi adaptif, yang mampu bertahan menghadapi perubahan zaman dengan kompetensi masing-masing peserta didik.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Nasional (BSKAP) Kemdikbudristek, Anindito Aditomo mengatakan rapor pendidikan bertujuan menggeser paradigma dalam evaluasi belajar ke arah kualitas proses dan hasil belajar.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) mencatat sebanyak 62.955 satuan pendidikan sudah mendaftar sebagai peserta dalam implementasi Kurikulum Merdeka.
Sebagai instrumen fundamental dan faktor kunci kemajuan bangsa, pendidikan harus mampu melahirkan sumberdaya manusia pembangunan yang memiliki karakter dan jatidiri.
Penerapan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan, dianggap tepat untuk membangkitkan semangat peserta didik selama proses pembelajaran
Pancasila ini adalah modal kita dalam membangun bangsa.