rganisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan imbauan agar tidak ada kebijakan menyetop kampanye vaksinasi, setelah dua negara Eropa dan satu negara di Asia menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca, karena kekhawatiran keamanan.
Keputusan tiga negara terbesar Uni Eropa (UE) untuk menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca membuat kampanye vaksinasi di 27 negara Negara Biru tersebut menjadi kacau balau.
Prancis dan Italia juga telah memutuskan menghentikan pemberian vaksin. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, Prancis akan berhenti menggunakan vaksin tersebut menunggu penilaian dari regulator obat Uni Eropa yang dijadwalkan pada Selasa.
Denmark adalah negara pertama pada 11 Maret yang mengatakan akan menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca sebagai tindakan pencegahan atas kekhawatiran pembekuan darah pada orang yang divaksinasi.
Spanyol telah memberikan sekitar 6,7 juta dosis vaksin, sekitar 930.000 dibuat oleh AstraZeneca.
Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Portugal, dan Siprus bergabung dengan beberapa negara Eropa lainnya untuk sementara menangguhkan vaksinasi dengan suntikan AstraZeneca setelah laporan yang terisolasi tentang pendarahan, penggumpalan darah, dan jumlah trombosit yang rendah.
Indonesia sejauh ini telah menerima 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca yang didapatkan secara gratis dari skema kerja sama multilateral
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mendukung langkah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menunda implementasi vaksin Astrazeneca.
Puluhan negara Eropa telah menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca pada minggu ini di tengah kekhawatiran efek samping dari vaksin yang berkantor pusat di Cambridge, Inggris.
Pengiriman pertama berasal dari pengiriman satu juta dosis vaksin AstraZeneca Serum Institute India (AZSII).