Jakarta - Pimred Historia Bonnie Triyana mengatakan rentetan peristiwa yang menandai situasi politik tanah air saat ini mengindikasikan adanya maksud kudeta terhadap pemerintahan Jokowi. Kendati demikian, Bonnie tidak menyebutkan sumber gerakan politik yang ingin menurunkan presiden Jokowi tersebut.
Bonnie menilai anasir kudeta yang tengah dijalankan kelompok tersebut terlalu preumateur. Pasalnya, situasi sosial di masyarakat saat ini tidak mendukung opsi kudeta yang diusahakan.
"Orang gila aja yang mau kudeta. Biaya sosial cost-nya tinggi. Emang kita tinggal diem kalo kudeta terjadi, nggaklah. Butuh bakar ban. Artinya ini harus kita lihat. Tapi potensi itu ada, iya," ujar Bonnie di saat diskusi "Membaca Tanda Sejarah, Menjaga Indonesia Bhineka" di Cikini, Jakarta, Rabu (16/11/2016).
Bonnie menjelaskan pada prinsipnya kudeta tidak bergantung pada seberapa banyak pihak yang dilibatkan.
"Tentara satu unit aja udah bisa. Tapi prasyaratnya banyak. Ketidakpuasan masyarakat dan lain sebagainya. Kalo kita lihat era Soekarno. (Kudeta) Karena ada krisis, inflasi tinggi. Orang bisa bela diri bilang karena waktu itu Indonesia menutup diri untuk menangkal kapitalisme. Tapi yang terjadi memang terjadi krisis ekonomi. Konflik di gressroot sangat tajam, soal perebutan tanah. Itu akumulatif. Kalo sekarang memenuhi syarat nggak. Nggaklah," ucapnya.
Bonnie mengatakan kelompok yang paling memiliki kekuatan pada suatu negara adalah angkatan bersenjata. Dari sekian banyak entitas, menurut dia, tentara yang paling memiliki perangkat untuk opsi kudeta.
Tetapi, lanjutnya, tentara juga akan mengalami kesulitan menjalankan kudeta jika tidak ditopang situasi yang mendukung.
"Kayak (kudeta gagal) di Turki. Ukuran kudeta apa sih. Itu harus akumulatif persoalannya. Itu juga, kalo misalnya tentara melakukan itu. Itu bisa juga. Tapi dengan tanpa mengabaikan beberapa faktor yang sifatnya seperti tahun 60-an itu (era Soekarno).
KEYWORD :Isu Kudeta Jokowi Redaktur Historia
