Selasa, 14/05/2024 23:42 WIB

Berdampingan dengan Covid-19, Israel: Virus Akan Selalu Ada

Empat minggu lalu, Israel merayakan kembalinya kehidupan normal dalam pertempurannya melawan Covid-19.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett (Foto Yonatan Sindel/Pool via Reuters)

Yerusalem, Jurnas.com - Empat minggu lalu, Israel merayakan kembalinya kehidupan normal dalam pertempurannya melawan Covid-19.

Massifnya upaya vaksinasi yang sukses menurunkan infeksi dan kematian akibat virus corona, warga Israel berhenti memakai masker dan mengabaikan semua aturan jaga jarak.

Lalu akhir-akhir ini, muncul varian Delta yang dikatakan lebih menular. Lonjakan kasus memaksa Perdana Menteri Naftali Bennett untuk menerapkan kembali beberapa pembatasan Covid-19 dan memikirkan kembali strategi.

Dikutip dari Reuters pada Selasa (13/7), pemerintah ingin warga Israel belajar hidup dengan virus, dengan demikian tak perlu ada pembatasan berlebihan yang berpotensi membahayakan perekonomian.

"Menerapkan strategi akan memerlukan pengambilan risiko tertentu, tetapi dalam pertimbangan keseluruhan, termasuk faktor ekonomi, ini adalah keseimbangan yang diperlukan," kata Bennett pekan lalu.

Pembatasan yang kini diterapkan hanya wajib memakai masker di dalam ruangan, dan memberlakukan prosedur karantina bagi semua orang yang tiba di Israel.

Strategi Bennett yang dianggap mirip dengan pemerintah Inggris, dipertanyakan oleh sejumlah ilmuwan. Sementara Sharon Alroy-Preis, Kepala Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Israel menganjurkan komitmen kuat untuk membendung infeksi.

"Mungkin tidak akan ada peningkatan besar pada orang yang sakit parah, tetapi harga dari membuat kesalahan seperti itu adalah yang mengkhawatirkan kami," terang dia.

Sebaliknya, banyak pula ilmuwan lainnya yang mendukung kebijakan Bennett. Nadav Davidovitch, Direktur Sekolah Kesehatan Masyarakat di Universitas Ben Gurion Israel, menggambarkan pembatasan longgar ini sebagai jalan emas antara gaya santai Inggris dan Australia yang menerapkan pembatasan ketat.

"Saya sangat mendukung pendekatan Israel," ujar dia.

Sebelum varian Delta tiba, Israel telah memperkirakan 75 persen dari populasi perlu divaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok. Estimasi ambang batas sekarang adalah 80 persen.

"Virus ini tidak akan berhenti. Virusnya berkembang, itu sifatnya. Tapi sifat kita adalah untuk bertahan hidup," tutur Dr Gadi Segal, Kepala Bangsal Virus Corona di Sheba Medical Center dekat Tel Aviv.

KEYWORD :

Israel Virus Covid-19 Naftali Bennett




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :