Minggu, 05/05/2024 13:34 WIB

Catatan Jurnalis

Dahlan Iskan, Jokowi dan Pilpres 2014

Dahlan Iskan

Dahlan Iskan jadi tersangka dan kemudian ditahan? Sungguh saya tidak kaget. Karena jauh-jauh hari saya pun sudah merasakan beliau jadi target operasi.

Sebelum pemilihan Presiden 2014, saya sempat membantu beliau memenangi Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat dan menang, walaupun kemudian tidak pernah dicalonkan jadi presiden oleh Partai Demokrat sebagai capres atau cawapres. Setelah tidak dicalonkan Partai Demokrat, nama Dahlan Iskan sempat digadang-gadang jadi RI-1 atau RI-2 oleh beberapa partai politik. Namun beliau akhirnya tidak mencalonkan diri dan memilih menjadi relawan Jokowi-JK.

Suatu malam saya dkk. sempat berkumpul dengan Pak Dahlan di Hotel Kartika Chandra Jakarta. Diskusi waktu ke mana relawan Dahlan Iskan yang tersebar di seluruh Indonesia ini akan melabuhkan dukungan dalam Pilpres 2014? Terjadi perdebatan yang cukup sengit malam itu. Jujur, dan saksinya banyak. Saya yang ngotot meminta Pak Dahlan mendukung Jokowi yang saat itu belum punya wakil presiden. Beberapa kawan ada yang menyarankan mendukung Mas Prabowo.

Akhirnya dengan suara bulat pertemuan itu menyepakati mendukung Mas Joko Widodo. Kemudian dibentuklah panitia kecil untuk menyiapkan dukungan itu secara resmi lewat deklarasi. Beberapa kali kami sempat rapat di sebuah tempat di Jakarta yang juga dihadiri Pak TB Silalahi dan Pak Hendropriyono. Intinya menyiapkan dukungan untuk Capres Jokowi yang kemudian akan berpasangan dengan Cawapres Jusuf Kalla.

Waktu melabuhkan dukungan ini Pak Dahlan masih menteri aktif, Menteri BUMN. Dialah satu-satunya menteri aktif kabinet Pak SBY yang secara terbuka mendukung Jokowi-JK. Lebih 10 ribu massa kami hadirkan di Sentul untuk mendeklarasikan dukungan resmi kepada Jokowi - JK.

Saya ingat betul, Mas Jokowi hadir di Sentul dengan mobil Kijang Innova. Saya yang membukakan pintu mobil Mas Jokowi dan mengantarkan beliau ke ruang VVIP. Mas Jokowi minta sajadah untuk shalat, kebetulan di tempat itu tak ada sajadah. Akhirnya Mas Jokowi saya kasih kertas koran dan shalat lah beliau. Dan saya menunggu beliau sampai selesai shalat.

Acara itu dihadiri Pak Jusuf Kalla. Ada juga Mas Surya Paloh, Pak Hendropriyono, Mas Cahyo Kumolo dan banyak lagi. Yang tidak hadir setahu saya hanya Mbak Megawati karena beliau sedang di luar kota.

Acara itu sukses, Mas Jokowi berpidato dan berkali-kali menyatakan terimakasih atas dukungan Pak Dahlan dkk.

Sebelum Pilpres 2014, semua eks Relawan Dahlan Iskan ikut bekerja keras memenangkan Jokowi-JK. Saya pribadi pun berkeliling ke daerah-daerah di Indonesia kampanye untuk duet Jokowi-JK.

Berbagai tudingan tentang agama Mas Jokowi, kami jawab dengan pamflet Imsakiyah Ramadhan dengan gambar Mas Jokowi dan JK yang sedang naik haji. Jutaan pamflet ini dicetak oleh percetakan Pak Dahlan dan disebarkan di daerah yang mayoritas muslim. Kebetulan saya yang mendesain pamflet Imsakiyah Ramadhan ini.

Karena Mas Jokowi dihajar Tabloid Obor Rakyat, Pak Dahlan pun kemudian membuat Tabloid tandingan namanya: Tabloid Obor Rahmatan Lil Alamin. Tabloid ini juga dicetak jutaan eksemplar. Ratusan ribu kaos dan spanduk juga dicetak Tim Pak Dahlan untuk membantu Jokowi - JK.

Khofifah Indar Parawansa yang kini jadi Menteri Sosial, saksi hidup bagaimana Dahlan Iskan berjuang habis-habisan di Jawa Timur khususnya dan Indonesia umumnya untuk memenangkan Jokowi-JK.

Tenaga, waktu, pikiran, jaringan dan uang disumbangkan secara ikhlas oleh Dahlan Iskan dkk. untuk memenangkan Jokowi-JK.

Tagline Jokowi-JK: Kerja, Kerja, Kerja itu setahu saya ide dari Dahlan Iskan. Waktu Mas Jokowi masih Gubernur DKI memang sering ketemu Pak Dahlan yang masih Menteri BUMN.

Demi mendukung Jokowi-JK, Pak Dahlan menolak ketemu Mas Prabowo di Surabaya. Padahal waktu itu Mas Prabowo sudah berada di kantor Pak Dahlan Graha Pena Surabaya. Akhirnya Jokowi-JK memenangkan Pilpres 2014. Saya dkk. berpikir waktu itu, kemungkinan besar Dahlan Iskan kembali ke kabinet. Tapi ternyata tidak.

Kecewakah Pak Dahlan?
Saya pribadi tak merasakan ada kekecewaan dalam diri Dahlan Iskan. Dia sepertinya memang tulus membantu Jokowi-JK untuk memenangkan Pilpres 2014.

Pasca Pilpres, saya tak pernah lagi ketemu Pak Dahlan. Saya agak kecewa dengan beliau karena ajakan saya mendirikan sebuah partai politik untuk menghimpun relawannya, tidak ditanggapi.

Pasca Pilpres, saya melihat di TV Pak Dahlan mulai diperiksa kejaksaan atas kasus-kasus yang dituduhkan kepadanya. Namun kemudian kasus-kasus ini tidak muncul lagi. Beberapa hari belakangan ini saya lihat Pak Dahlan mulai diperiksa lagi di Kejaksaan Jawa Timur atas kasus waktu beliau menjabat Direktur BUMD di Jawa Timur.

Tadi malam Dahlan Iskan ditetapkan jadi tersangka dan langsung ditahan. Saya tak kaget. Apalagi katanya ini masalah hukum dan saya tak akan masuk ke wilayah hukum.

Tapi yang jelas kalau bicara politik, ada pameo. Tak ada teman yang abadi dalam dunia politik yang abadi hanya kepentingan. Dalam dunia politik sepertinya memang biasa saja menghabisi lawan politik demi sebuah kepentingan politik. Caranya bermacam-macam.

Itu pernah dialami oleh konseptor Republik Indonesia Ibrahim Datuk Tan Malaka. Beliau dihabisi karena tidak sejalan dengan politik pemerintah waktu itu. Ini juga pernah terjadi pada mantan Presiden Soekarno, hal yang sama juga terjadi pada Sutan Sjahrir dan Buya Hamka.

Tapi ingat: Sakali aia gadang sakali tapian berubah. Camkan itu !

Kendari, 28 Oktober 2016
Catatan: Ben Ibratama Tanur, Jurnalis Harian Singgalang, dan mantan Relawan Dahlan Iskan.

KEYWORD :

jurnas dahlan iskan tersangka pilpres 2014 joko widodo jusuf kalla




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :