Rabu, 08/05/2024 20:15 WIB

Stabilkan Harga Cabai, Kementan Ajak Petani Terapkan 10 Jurus Ini

Petani juga harus memiliki jejaring pasar antarwilayah bahkan antar pulau, hal ini bisa dijembatani oleh Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Paskomnas dan petani milenial.

Cabai keriting (Foto: Supi/Jurnas.com)

Jakartam Jurnas.com  – Kementerian Pertanian (Kementan), terus mendorong terwujudnya stabilisasi pasokan dan harga pangan strategis di seluruh wilayah Indonesia, termasuk ketersediaan aneka cabai dan bawang. 

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto mengatakan, di tengah perkembangan harga cabai yang terus menurun di tingkat petani di beberapa sentra produksi, pemerintah tidak tinggal diam.

Direktorat Jenderal Hortikultura, jelas Prihasto, terus berupaya melakukan konsolidasi untuk mencari solusi yang cepat, tepat dan bisa dieksekusi agar harga cabai menguntungkan petani.

"Ditjen Hortikultura berkomitmen penuh menjaga stabilitas produksi dan pasokan cabai demi kebutuhan masyarakat, termasuk distribusinya ke daerah luar sentra. Terpenting juga, harga cabai yang turun sehingga merugikan petani," kata Prihasto di Jakarta, Jumat (5/6).

Terkait menurunnya harga cabai, Prihasto memaparkan beberapa alternatif pilihan. Pertama, mendorong sektor hilir, seperti logistik distribusi, substitusi bahan olahan industri dengan cabai lokal, pengembangan industri olahan skala rumah tangga.

Kedua, bangun koordinasi dengan pihak asosiasi penerbangan Indonesia untuk subsidi biaya kargo dan mendorong pemerintah daerah tetap menginisiasi pasar lelang cabai.

Ketiga, membangun sinergitas dengan semua lembaga terkiat dan pemangku kepentingan. Sebab untuk menyelesaikan semua masalah tidak bisa sendiri-sendiri, tapi perlu dukungan dari berbagai sektor.

"Bahkan yang terpenting saat ini agar ongkos kargo pesawat untuk mengirim ke luar Jawa lebih murah. Saat ini banyak dikeluhkan naiknya biaya angkut pesawat," jelasnya.

Untuk menstabilkan harga, Prihasto mengajak petani menerapkan sepuluh jurus, yakni menggunakan benih unggul sehingga produksi dan provitas naik.

Kedua, menerapkan pertanaman tumpang sari, diversifikasi produk dan ikuti anjuran manajemen pola tanam antar waktu yang ditentukan oleh pemerintah melalui asosiasi atau champion agar tidak terjadi panen berbarengan dan over produksi.

Ketiga dan keempat, menggunakan pupuk organik ramah lingkungan dibuat sendiri sehingga efisien biaya danpestisida hayati ramah lingkungan dibuat sendiri.

Kelima, terapkan cara pasca panen yang baik. Keenam, hirilisasi olahan pasta, goreng dan lainnya dengan skala rumah tangga dan usaha kecil. Ketujuh, lanjutnya, membangun kemitraan dengan usaha olahan dan pasar.

Kedelapan, membentuk koperasi sehingga terkoordinir, teknologinya seragam dan hasil pasarnya bersama-sama.

"Pendirian koperasi juga dapat dijadikan solusi stabilisasi harga. Koperasi turut memperhatikan aspek hilirisasi, pasca panen, dan pengolahan ditangani oleh koperasi. Kehadiran koperasi dapat menjembatani antara petani dan konsumen sehingga tidak terjadi disparitas harga," jelas Prihasto.

Sementara jurus kesembilan adalah membentuk pasar lelang di level farm gate sehingga petani peroleh harga tertinggi, cash and carry dan tercipta one region produk bersama champion.

"Hanya cukup bangunan bangsal sederhana saja, yang penting tersedia tempat ketemu antara penjual dan pembeli. Bahkan di Sleman ini penawar tidak perlu hadir, tapi cukup SMS besarnya menawar harga ke pengelola pasar lelang,” tambah Prihasto.

Terakhir adalah membangun sistem logistik dan cold:storage untuk menyimpan produk dalam jumlah besar. Tujuannya memasok antar pulau maupun ekspor.

Dari hasil koordinasi dengan berbagai pihak, dihasilkan beberapa solusi yang bersifat jangka pendek, menengah dan panjang. Jangka pendek yang bisa dilakukan antara lain melakukan evaluasi impor cabe olahan, menjalin kemitraan dengan industri makanan, Peran Pemda setempat untuk menyerap cabai yang berlimpah seperti yang telah dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung dan Kulon Progo.

Selain itu juga bisa memanfaatkan bantuan biaya distribusi dari Kementan untuk memindahkan cabai dari daerah yang harganya murah ke daerah yang harganya mahal sepanjang ada pelaku usaha dari kedua daerah dimaksud.

Petani juga harus memiliki jejaring pasar antarwilayah bahkan antar pulau, hal ini bisa dijembatani oleh Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Paskomnas dan petani milenial.

"Untuk jangka menengah meningkatkan provitas untuk menekan BEP dan pengembangan industri olahan. Sedangkan untuk jangka panjang bisa dilakukan dengan penumbuhan unit pengolahan atau BUMD dengan dukungan logistik modern," tutur Prihasto.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid menegaskan pelaku usaha cabai Indonesia harus mampu mengembangkan diri baik teknologi maupun pemasaran. Hasilnya, banyak permasalahan cabai yang bisa dielesaikan dan minimal dapat mengurangi resiko kerugian akibat harga fluktuatif.

“Yang jadi masalah sebenarnya bukan harga yang murah saja, tetapi biaya produksi kita yang mahal. Nah kita harus bisa mengurangi biaya usaha tani agar cabai dan petani kita bisa tetap eksis,” pungkasnya

KEYWORD :

Harga Cabai Harga Cabai Murah Prihasto Setyanto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :