Senin, 29/04/2024 14:17 WIB

Fake GPS Kecurangan Paling Banyak Dilakukan Ojol

menemukan ada beberapa jenis fraud yang sering dilakukan oleh para pemudi yaitu Order Fiktif, Mark Ups, Mod Apps, Driver Prioritas, dan Fake GPS.

Deputy CEO Spire Research and Consulting, Jeffrey Bahar memaparkan hasil penelitian yang dilakukan, Rabu (30/01) di Jakarta

Jakarta, Jurnas.com - Di tengah perkembangan teknologi, bisnis transportasi online kian menjamur di masyarakat. Dua perusahaan penyedia jasa transportasi online terbesar di Indonesia yaitu Grab dan Gojek.

Selain mudah diakses, transportasi online juga menawarkan kemudahan-kemudahan yang semakin memanjakan masyarakat. Hal itu membuat pengguna jasa transportasi online semakin meningkat setiap tahunnya.

Namun meningkatnya permintaan untuk mendapatkan jasa transportasi online juga dibarengi banyaknya kecurangan-kecurangan (fraud) yang biasa dilakukan oleh para pengemudi.

Penelitian yang dilakukan Spire Research and Consulting, salah satu perusahaan riset global yang berpusat di Jepang, menemukan ada beberapa jenis fraud yang sering dilakukan oleh para pemudi yaitu Order Fiktif, Mark Ups, Mod Apps, Driver Prioritas, dan Fake GPS.

Deputy CEO Spire Research and Consulting, Jeffrey Bahar menjelaskan, Fake GPS menjadi fraud yang paling sering dilakukan oleh pengemudi. Selain mudah karena dibantu dengan aplikasi yang sudah dimodifikasi, juga tak repot menunggu penumpang di lokasi tertentu.

"Dengan menggunakan aplikasi fake GPS, mitra pengemudi tidak perlu repot lagi ngetem di lokasi terdekat dari pusat keramaian. Hal tersebut dikarenakan titik GPS akan terbaca lebih dekat dengan lokasi atau titik GPS pelanggan yang melakukan pemesanan, meskipun sebenarnya pengemudi yang menggunakan fake GPS jauh dari titik tersebut," kata Jeffrey dalam acara konferensi pers di Jakarta, Rabu (30/01).

Sementara dari dua penyedia jasa transportasi Online (Grab dan Gojek), Spire Research and Consulting menemukan sebanyak 30 persen dari order yang diterima Go-Jek terindikasi fraud. Sementara untuk persentase fraud Grab diperkirakan hanya mencapai 5 persen.

Jeffrey menambahkan, adanya perbedaan tingkat kecurangan antara Grab dan Gojek dipengaruhi oleh tingkat pengamanan dan sanksi yang diberikan penyedia layanan tersebut terhadap pengemudi yang melakukan pelanggaran atau kecurangan.

"Gojek lebih mudah diakali karena sudah banyak aplikasi tersedia untuk mengakalinya dan sanksinya cenderung lebih ringan. Sementara sanksi yang diberikan grab lebih tegas," tambahnya.

Hasil penelitian itu didapat dari hasil wawancara yang melibatkan 40 mitra pengemudi di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung yang menjalankan dua aplikasi sekaligus, baik itu Grab maupun Goojek serta tergabung dalam komunitas ojek online.

KEYWORD :

Transportasi Online Fake GPS




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :