Minggu, 28/04/2024 22:51 WIB

HPS Kalsel, Kementan Jadikan Rawa Penyangga Pangan Nasional

Pemanfaatan lahan rawa untuk pangan adalah terobosan baru solusi paceklik pangan pada November, Desember dan Januari.

Menteri Peranian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat menghadiri Pekan Pertanian Rawa Nasional II di Banjar Baru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/10).

Banjarbaru - Peringatan Hari Pangan Nasional (HPS) ke- 38 di Kalimantan Selatan berhasil memberikan terobosan baru dalam membangun kantong penyangga pangan nasional dari lahan rawa.

Pencapaian tersebut sejalan dengan tema yang diangkat pada HPS kali ini, "Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak dan Pasang Surut Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045".

Demikian kata Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman pada pembukaan Peringatan HPS di Desa Jejangkit, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Kamis (18/10).

Amran menegaskan pemanfaatan lahan rawa untuk pangan adalah terobosan baru solusi paceklik pangan pada November, Desember dan Januari. Saat paceklik pangan terjadi di Jawa, tambahan pangan dapat dipenuhi dari lahan rawa.

"Bulan November yang tinggal dua minggu lagi, Desember dan Januari panen padi di pulau Jawa menurun, bahkan dikenal dengan paceklik. Tetapi ditopang dari luar rawa-rawa Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan," terang Amran.

"Hari ini kita buktikan melihat bersama ada terobosan baru untuk pangan Indonesia. Kami bangun di lahan rawa ini ada inovasi baru yang menjadikan rawa sebagai penyangga pangan nasional. Ini pesan terpenting dari pelaksanaan HPS tahun ini," sambungnya.

Amran mengungkan potensi lahan rawa di Indonesia sangat luas yakni mencapai 34,1 juta hektare. Lahan rawa ini tersebar di 18 provinsi dan 300 kabupaten. Dari total luas tersebut, potensi untuk pengembangan pertanian seluas 21,82 juta hektare atau 64 persen.

"Apabila digarap 10 juta hektare saja, ditanam minimal dua kali setahun, dengan produktivitas 6 ton per hektar, akan menghasilkan padi 120 juta ton setara 60 juta ton beras. Beras surplus bahkan bisa memasok kebutuhan dunia," jelas Amran.

Menurut Amran, besarnya produksi tersebut, tentu sudah sangat jelas menunjukkan rawa sebagai kantong penyangga pangan nasional. Dengan demikian, lahan rawa yang sangat luas tersebut harus dikelola melalui model full mekanisasi sehingga biaya lebih efisien, hemat tenaga kerja dan dikelola dalam skala luas dengan manajemen korporasi agar dinikmati petani secara luas.

"Model full mekanisasi dengan pola korporasi ini akan meningkatkan indek pertanaman menjadi 3 kali setahun dan produktivitas naik menjadi 8,3 ton per hektar, sehingga menghasilkan produksi padi 250 juta ton, senilai Rp1.134 triliun. Ini akan menjadi role model bagi pangan ke depan," terangnya.

Amran pun menekankan lahan rawa tidak sebatas dimanfaatkan untuk menghasilkan padi. Disamping itu juga bisa ditanam komoditas pangan strategis lainnya yakni jagung, kedelai, sayuran, buah, ternak dan ikan.

"Kunci suksesnya ada pada manajemen air, dengan kanalisasi dan pengaturan keluar masuk air ke dalam sawah. Tidak ada sulit apabila kita mau bersungguh sungguh bekerja mewujudkan obsesi kedaulatan pangan," jelasnya.

Untuk diketahui, di Kalimantan Selatan sendiri lahan rawa yang dikembangkan menjadi lahan padi produktif seluas 4.000 hektare. Sebanyak 750 ribu di antaranya sudah ditanami padi, bahkan sudah dipanen.

Hadir pada pembukaan HPS tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, Gubernur Kalimantan Selatan, Syahbirin Noor, para Bupati, perwakilan FAO, para Pelaku Usaha, Asosiasi, HKTI, KTNA dan pegiat pertanian.

KEYWORD :

Kementan HPS lahan rawa Kalimantan Selatan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :