Jakarta - Food and Agriculture Organization (FAO), Kundhavi Kadiresan berharap Indonesia dapat menjadi promotor sistem pertanian Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) dan Organik.
Demikian disampaikan Asisten Direktur Jendral (ADG FAO), Kundhavi Kadiresan dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman, Kamis (8/2).
Secara khusus, Kundhavi Kadiresan mengapresiasi pelaksanaan program asuransi dan sistem informasi pemantauan pertanian. Ia megatakan, ssuransi pertanian (khususnya crop insurance) Indonesia dapat diterapkan dengan baik, di negara lain tidak mudah menerapkan program asuransi.
Selain itu, ia kaguma dengan sistem informasi kalender tanam berbasis teknologi yang dapat diakses secara cepat oleh petani dan penyuluh melalui smartphone serta mendorong diaplikasikannya e-agricultural secara lebih luas.
Untuk diketahui, pada 2017, produksi padi meningkat secara dramatis sebesar 10,5 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) yang setara dengan USD3,23 miliar atau sekitar Rp445 triliun.
Kenaikan juga tercatat pada 43 komoditas pertanian lainnya, termasuk bawang merah dan cabai yang nilai kumulatifnya berjumlah sekitar USD27,08 Miliar atau sekitar Rp273 triliun.Angka ini adalah yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
"Meskipun El Nino merusak wilayah pertanian dengan skala luas di negara kita, kami masih dapat menjaga pasokan domestik dari beberapa komoditas pangan strategis, dan bahkan berhasil mengekspor beras khusus sejumlah 4 ribu ton, bawang merah 7,7 ribu ton, dan jagung 57 ribu ton," jelas Amran kepada FAO.
Namun kata, Amran, secara kumulatif, nilai ekspor pertanian 2017 naik 24 persen dibandingkan tahun 2016.
KEYWORD :Kementan FAO