Sabtu, 18/05/2024 14:37 WIB

Kurikulum Sistem Ganda di Vokasi Strategi Bidik Industri Kreatif

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), menerapkan kurikulum dual system (sistem ganda) di satuan pendidikan vokasi

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kiki Yuliati (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), menerapkan kurikulum dual system (sistem ganda) di satuan pendidikan vokasi, dalam rangka pengembangan industri kreatif di Indonesia.

Di bawah payung kebijakan Merdeka Belajar, seluruh jenjang satuan pendidikan vokasi dituntut beradaptasi dengan berbagai keilmuan di bidang kreatif, seperti produksi konten gim, komik, film, musik, dan lainnya.

Ribuan hingga jutaan talenta vokasi bidang industri kreatif diberikan kesempatan untuk lebih mengeksplorasi industri kreatif melalui pendidikan vokasi sistem ganda yang terus ditekankan di satuan-satuan pendidikan vokasi.

Dirjen Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen melahirkan talenta-talenta di bidang tersebut. Setidaknya ada tiga jalur pendidikan vokasi yang telah disiapkan, yakni melalui level pendidikan menengah, pendidikan tinggi, serta kursus dan pelatihan.

"Saat ini ada lebih dari 3.329 dari 14.478 SMK di Indonesia yang menangani bidang industri kreatif dan hampir 339.279 siswa SMK yang saat ini sedang belajar di bidang-bidang yang terkait dengan industri kreatif seperti boga, multimedia, dan sebagainya," kata Kiki dalam kegiatan forum Merdeka Innovation Summit 2023 di Jakarta pada Jumat pekan lalu.

Selain itu, lanjut Kiki, ada sekitar 13.432 LKP yang bergerak untuk mendukung industri kreatif serta sekitar 21 ribu mahasiswa yang saat ini belajar untuk mendukung sektor industri kreatif di berbagai bidang.

Secara khusus dan spesifik, Kemdikbudristek juga dituntut melahirkan lebih dari 10 juta talenta digital hingga 2024. Talenta-talenta digital tersebut nantinya dipersiapkan untuk mendukung industri kreatif, termasuk untuk memperkuat industri gim dan keamanan siber.

Mengingat industri kreatif yang begitu dinamis, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi juga menyiapkan sejumlah strategi untuk memperkuat pendidikan vokasi agar tetap kontekstual dan relevan dengan perkembangan industri kreatif yang begitu dinamis.

"Di bawah Merdeka Belajar, pertama, kita menyesuaikan kurikulum. Berkolaborasi dengan industri kita punya PBL (project based learning), teaching factory. Kita menyelenggarakan pembelajaran-pembelajaran yang sangat kontekstual dengan mengerjakan PBL bersama industri," lanjut Kiki.

Menurut dia, melalui skema teaching factory, saat ini banyak SMK ataupun politeknik di Indonesia yang memiliki fasilitas laboratorium sekelas rumah produksi yang digunakan untuk menyelesaikan proyek-proyek seperti animasi bersama industri.

"Kami juga mengundang praktisi untuk mengajar serta mendorong peningkatan kesempatan bagi mahasiswa vokasi untuk mendapatkan sertifikat kompetensi," jelas dia.

Transformasi kurikulum juga dilakukan dengan mengadopsi kurikulum vokasi sistem ganda, di mana model pendidikan vokasi ini memberikan porsi yang berimbang antara pendidikan di kelas dengan praktik langsung di industri. Dengan demikian, diharapkan lulusan yang dihasilkan bisa tetap relevan dengan kebutuhan industri, dalam hal ini adalah industri kreatif.

"Jadi, misalnya mereka D-4, empat tahun maka dua tahunnya mereka bisa bersama-sama industri. Jadi, anak didik kita didik bersama di industri," imbuh dia.

Dari sisi pengajar, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi memiliki unit pelaksana teknis (UPT) atau balai-balai vokasi untuk melakukan upskilling dan reskilling bagi para guru, instruktur, maupun dosen-dosen vokasi.

"Tapi khusus untuk dosen, kami lebih mendorong untuk pelatihan maupun sertifikasi di industri maupun di kampus-kampus di luar negeri," ujar Kiki.

Sementara itu, Director of Business Development YG Entertainment & Executive Director, Encast Co. Ltd, Charlie Cho, mengatakan bahwa sebagaimana Korea Selatan, Indonesia juga memiliki kekuatan ekonomi kreatif yang cukup besar.

Meskipun demikian, hal tersebut memerlukan kerja keras dan kemauan yang kuat serta kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengembangkan potensi besar tersebut. Hal tersebut setidaknya seperti yang dilakukan Korea Selatan untuk membangun industri kreatif di negara tersebut.

Menurut Charlie, keberhasilan Korea Selatan dalam membangun industri kreatif tidak dilakukan dalam waktu singkat dan membutuhkan kolaborasi dan banyak faktor pendukung. Menurutnya, negeri ginseng tersebut telah gencar mendorong kemajuan industri kreatif sejak dua puluhan tahun lalu.

KEYWORD :

Kurikulum Sistem Ganda Ditjen Diksi Kemdikbudristek Kiki Yuliati




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :