Sabtu, 18/05/2024 15:27 WIB

Korban Tewas Gempa Maroko Terus Bertambah

Masih ada sedikit tanda bantuan dari luar. Situasinya tampak mengerikan.

Seorang perempuan sedang meratapi bangunannya yang roboh akibat gempa yang terjadi di Maroko

Jakarta, Jurnas.com - Jumlah korban gempa Maroko  dikabarkan mencapai 3 ribuan orang yang tewas. Angka itu diperkirakan akan bertambang ketika tim pencarian dan penyelamatan menyisir tumpukan puing-puing.

Tim masih berupaya untuk menyelamatkan korban selamat. Namun nampak sulit karena kondisi jalan yang menghambat akses.

Maroko kini telah melewati jangka waktu 72 jam ketika penyelamatan dianggap paling mungkin dilakukan, namun dalam beberapa kasus, korban selamat ditemukan jauh setelah jangka waktu tersebut.

Jumlah korban tewas saat ini mencapai 2.901 orang, kata Kementerian Dalam Negeri Maroko pada hari Rabu (13/9/2023), dan 5.530 orang terluka dalam gempa paling mematikan di negara itu sejak tahun 1960 dan yang paling kuat sejak tahun 1900.

Kendaraan yang penuh dengan perbekalan melintasi jalan pegunungan yang berkelok-kelok untuk mengantarkan makanan dan tenda yang sangat dibutuhkan bagi para korban yang selamat. Tim pencari masih berada di beberapa tempat untuk mencari korban yang masih hidup.

Dikutip dari Al Jazeera, di beberapa lokasi yang lebih terpencil, masih ada sedikit tanda bantuan dari luar. Situasinya tampak mengerikan.

“Desa ini rata dengan tanah dan hancur. Bau kematian ada dimana-mana. Setidaknya masih ada 40 jenazah di bawah reruntuhan,” kata Dekker.

“Potongan besar gunung runtuh, menghantam desa-desa ini. Seluruh keluarga telah musnah.

“Seseorang menunjuk ke rumahnya. Ada sebuah pintu putih yang masih berdiri, dan dia memberi tahu kami bahwa itu adalah pintu rumahnya. Dia mulai menangis tentang bagaimana dia berlari keluar pintu dan segala sesuatu di sekitarnya runtuh. Dia kehilangan putra dan istrinya. Ia menjerit karena melihat abaya istrinya tertimbun reruntuhan. Sungguh memilukan.

“Masalahnya adalah akses ke tempat-tempat tersebut. Ada jalan sempit dan berkelok-kelok. Masih banyak tempat yang belum bisa mereka jangkau.”

Sejauh ini, tim pencarian dan penyelamatan dari Qatar, Inggris, Spanyol dan Uni Emirat Arab telah beroperasi di lapangan bersama tim darurat Maroko, militer dan pejabat lainnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat juga telah mengirimkan tim ahli bencana dan keadaan darurat untuk membantu menilai kerusakan dan mengoordinasikan respons.

Abdel Wahed Chafiki, Bupati Menara di Marrakesh, mengatakan sulit menentukan jumlah total korban.

Dia mengatakan bahwa daerah pegunungan terjal tempat gempa terjadi membuat upaya untuk mencapai korban menjadi sulit, namun dia menekankan bahwa pihak berwenang setempat terus melanjutkan upaya bantuan dan memberikan bantuan.

Errachid Montassir, seorang aktivis dan pekerja kemanusiaan, telah bepergian dengan dokter ke desa-desa terpencil di Pegunungan Atlas.

Dia mengatakan mereka membutuhkan waktu lima jam untuk mencapai kota Ijjoukak karena jalannya diblokir.

“Itu adalah sebuah bencana dan juga kejutan melihat orang-orang masih berada di bawah reruntuhan di sana,” katanya.

“Tentara sedang melakukan tugasnya untuk mengeluarkan orang-orang ini dari dalam tanah, namun sangat, sangat sulit untuk mencapai tempat-tempat ini, jadi Anda dapat membayangkan bahwa tidak ada makanan, juga tidak ada selimut atau tempat tidur yang dapat menampung orang-orang tersebut tidur."

Desa Tikht, yang sebelumnya dihuni oleh setidaknya 100 keluarga, dipenuhi dengan tumpukan kayu, bongkahan batu, serta pecahan piring, sepatu, dan karpet bermotif rumit.

“Hidup sudah berakhir di sini,” kata Mohssin Aksum (33), yang memiliki keluarga yang tinggal di pemukiman kecil tersebut. “Desa ini sudah mati.”

Seperti banyak desa yang terkena dampak paling parah, desa ini merupakan daerah pedesaan kecil dengan sejumlah besar bangunan yang dibangun dengan campuran tradisional dari batu, kayu, dan mortar yang terbuat dari lumpur.

Puluhan warga, kerabat yang berduka, dan tentara berkumpul di reruntuhan. Beberapa orang mengatakan mereka tidak dapat mengingat gempa sebelumnya yang terjadi di daerah tersebut.

“Hal ini bukanlah sesuatu yang terpikirkan oleh masyarakat di sini ketika membangun rumah mereka,” kata Abdelrahman Edjal, pelajar berusia 23 tahun, yang kehilangan sebagian besar keluarganya dalam bencana tersebut.

Pembangunan kembali diperkirakan akan menjadi tantangan besar bagi negara Afrika Utara tersebut, yang telah mengalami kesulitan ekonomi dan kekeringan selama bertahun-tahun dan kini khawatir akan penurunan sektor pariwisata yang penting di negaranya. (*)

 

KEYWORD :

Gempa Bumi Negara Maroko Survei Geologi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :